Sabtu, 08 Maret 2014

METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI


  


METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DOSEN PENGAMPU : 
FAHRINA YUSTIASARI LIRI WATI, S.HI, M.PD.I


DISUSUN OLEH:

                                                   KELOMPOK IV

ANDRE SYAHPUTRA
M. RAFA’I
ANDI SAPUTRA

MAHASISWA/I PGMI/II/A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
 2014
 KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan khususnya bagi penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun tujuan makalah ini untuk menambah wawasan mengenai METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI yang merupakan tugas terstruktur mata kuliah Studi pendidikan budi pekerti.  
Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis. Kemudian kritik dan saran sangat penulis harapkan dari semua pembaca. Agar didalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik. Terima kasih.

                                                           Tembilahan,   Februari 2014


                                                                       Penulis












DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar........................................................................................         i
Daftar Isi....................................................................................................        ii
BAB  I.  PENDAHULUAN.......................................................................        1
A.    Latar Belakang....................................................................        1     
B.     Rumusan Masalah.............................................................        1
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................        2
A.    Metode Penyampaian Pendidikan Budi Pekerti...........        2
B.     Model Penyampaian Pendidikan Budi Pekerti.............        5
BAB III. PENUTUP..................................................................................        7
A.   Kesimpulan.........................................................................        7
B.   Saran....................................................................................        7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................        8
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pelaksanaan dalam pendidikan budi pekerti merupakan hal yang sulit dilakukan perlu ada metode dan model pembelajaran yang kreatif sehingga apa yang diharapkan dari proses pendidikan budi pekerti berjalan sebagaimana yang direncanakan dan diharapkan.
Ada beberapa bentuk metode dan model agar pendidikan budi pekerti bisa diharapkan berjalan semestinya yang akan di bahas dalam makalah ini.
B.   Rumusan Masalah
ü  Metode penyampaian pendidikan budi pekerti
ü  Model penyampaian pendidikan budi pekerti











BAB II
PEMBAHASAN
METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A.   METODE PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
Pendidikan budi pekerti bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Pelaksanaannya membutuhkan suatu strategi jitu agar bisa mendapatkan hasil sesuai dengan diharapkan.  Salah satu aspek penting dalam strategi tersebut diantaranya adalah aspek metode dan model dalam penyampaian. Sebagai seorang guru harus cerdas dan kreatif memilih metode dan model yang digunakan sesuai dengan kondisi siswa-siswanya.
Menurut Paul Suparno, dkk (2002: 45-52) ada beberapa metode penyampaian pendidikan budi pekerti, antara lain :
1.    Metode Demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menentukan nilai-nilai tersebut dalam  pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Nilai-nilai yang dapat ditanamkan dari metode ini adalah keterbukaan, kejujuran, penghargaan pendapat orang lain, sportifitas, kerendahan hati, dan toleransi.
Pencarian nilai-nilai tersebut bisa dilakukan dengan mengamati secara langsung kasus-kasus yang ada di lingkungan sekolah kemudian siswa diminta  menentukan dampak positif dan negatif terhadap masyarakat sekitar. Dari dampak-dampak tersebut kemudian siswa dituntut untuk menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam kasus yang mereka amati.
2.    Metode Pencarian Bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, dimana dalam proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentatif untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama.
Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya anak diharapkan dapat menemukan nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Anak diajak untuk secara kritis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajari untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, Namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap.
3.    Metode Siswa Aktif
Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini ingin mendorong anak untuk mempunyai kreatifitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.
4.    Metode Keteladanan
Anak belajar dari lingkungan terdekat dan mempunyai intensitas rasional yang tinggi. Proses pembentukan budi pekerti pada anak dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Anak melihat apa yang dilakukan oleh guru kemudian merekam dan menirunya. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti berarti bagi siswa. Anak akan berpikir bahwa apa yang mereka ajarkan itu benar dan bisa ditiru. Akan tetapi jika tidak terjadi kecocokan antara kata dan tindakan yang dilakukan guru maka siswa akan menganggap nilai yang mereka ajarkan itu tidak benar. Akan berbahaya jika perilaku guru yang salah itu ditiru siswa. Maka ini berarti bahwa guru menjerumuskan siswa. Oleh karena itu dituntut ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup seorang guru.
Budi pekerti adalah sikap hidup yang disadari, diyakini, dan dihayati dalam tingkat tingkah laku kehidupan. Kesatuan antara pikiran, perkataan dan perbuatan.
5.    Metode Pengalaman Langsung (Live In)
Metode live in atau pengalaman langsung dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Live in tidak harus berhari-hari secara berturut-turut dilaksanakan. Misalnya anak diajak berkunjung dan membantu suatu panti asuhan anak-anak cacat.
Siswa diajak terlibat dalam melaksanakan tugas-tugas harian yang bisa mereka jalankan, tidak membutuhkan keahlian khusus, dan tidak berbahaya bagi kedua belah pihak. Membantu dan melayani anggota panti asuhan yang tergantung pada orang lain akan memberi pengalaman khusus bagi siswa dan bisa meningkatkan rasa syukur mereka karena bisa hidup dengan lebih baik.
6.    Metode Penjernihan Nilai
Metode penjernihan nilai dilakukan dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif. Berbagai latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup.
Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat bisa membuat seorang anak bingung. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik pula maka anak bisa mengalami pembelokan nilai hidup.oleh karena itulah proses penjernihan nilai penting untuk dilakukan. Misalnya, pada mata pelajaran kewarganegaraan siswa diajak membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakatdan akhirnya pada apa yang mereka lakukan. Siswa diajak untuk melihat bahwa tindakan salah dan benar tidak tergantung pada banyak sedikitnya pelaku namun pada nilai tindakan itu sendiri. Pada akhirnya siswa siswa bisa menentukan dan berani mengambil sikap yang baik dalam hidupnya.
Inovasi-inovasi dilakukan bergantung kreatifitas guru masing-masing sesuai dengan karakteristik siswa masing-masing, Lingkungan sekolah serta situasi dan kondisi yang ada.
B.   MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.Keberhasilan untuk menawarkan dan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti di pengaruhi oleh cara penyampaiannya.
Model dalam penyampaian pendidikan budi pekerti, yaitu :
1.    Model Sebagi Mata Pelajaran Tersendiri
Pendidikan budi pekerti sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi lain dalam hal ini guru pendidikan budi pekerti harus membuat Garis besar pedoman pengajaran (GBPP), Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), Metedologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu juga ia harus dimasukkan dalam jadwal yang terstruktur
2.    Model Terintegrasi Dalam Semua Bidang Studi
 Penanaman nilai budi pekerti juga dapat di sampaikan secara terintegrasi dalam semua bidang studi. Guru dapat memilih nilai-nilai yang di tanamkan melalui beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup.
3.    Model Diluar Pengajaran
Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk di bahas dan di kupas nilai-nilai hidupnya.
4.    Model Gabungan
Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan model diluar pengajaran, penanaman niai dilakukan melalui pengakuan fomal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan diluar pengajaran.










BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan budi pekerti ada beberapa metode dan model dalam penyampaian yang diberikan yang nantinya diharapkan mampu terlaksana sebagaiman mestinya, karena pada kenyataannya dalam pelaksanaan penyampaian pendidikan budi pekerti bukan suatu hal yang mudah bagi seorang guru untuk menyampaikannya kepada para siswa dalam proses pembelajaran dan guru dituntut untuk cerdas dan kreatif dalam menggunakan model dan metode.
B.   SARAN
Apabila ada kalimat yang tidak berkenan pada tempatnya. Saya sebagai penulis berharap kritik dan saran dari Bapak pembimbing dan rekan mahasiswa/i sekalian yang bersifat membangun agar penulis bisa membuat makalah yang lebih baik pada waktu yang akan datang.










DAFTAR PUSTAKA
Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ahmad Tafsir. (2009). Pendidikan budi pekerti. Bandung : Maestro.






Tidak ada komentar: