METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
DOSEN PENGAMPU :
FAHRINA YUSTIASARI LIRI WATI, S.HI, M.PD.I
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
ANDRE
SYAHPUTRA
M. RAFA’I
ANDI
SAPUTRA
MAHASISWA/I PGMI/II/A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan
khususnya bagi penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Adapun tujuan makalah ini untuk menambah
wawasan mengenai “METODE DAN MODEL
PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI” yang merupakan tugas terstruktur mata kuliah Studi
pendidikan budi pekerti.
Semoga
makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis.
Kemudian kritik dan saran sangat penulis harapkan dari semua pembaca. Agar
didalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik. Terima kasih.
Tembilahan, Februari 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul
Kata Pengantar........................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
BAB
I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.
Latar
Belakang.................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................... 2
A.
Metode
Penyampaian Pendidikan Budi Pekerti........... 2
B.
Model
Penyampaian Pendidikan Budi Pekerti............. 5
BAB III. PENUTUP.................................................................................. 7
A.
Kesimpulan......................................................................... 7
B.
Saran.................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelaksanaan dalam pendidikan
budi pekerti merupakan hal yang sulit dilakukan perlu ada metode dan model
pembelajaran yang kreatif sehingga apa yang diharapkan dari proses pendidikan
budi pekerti berjalan sebagaimana yang direncanakan dan diharapkan.
Ada beberapa bentuk metode
dan model agar pendidikan budi pekerti bisa diharapkan berjalan semestinya yang
akan di bahas dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
ü Metode penyampaian pendidikan budi pekerti
ü Model penyampaian pendidikan budi pekerti
BAB II
PEMBAHASAN
METODE DAN MODEL
PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A.
METODE PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Metode berasal dari Bahasa
Yunani methodos yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai
tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
Pendidikan budi pekerti
bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Pelaksanaannya membutuhkan suatu
strategi jitu agar bisa mendapatkan hasil sesuai dengan diharapkan. Salah satu aspek penting dalam strategi
tersebut diantaranya adalah aspek metode dan model dalam penyampaian. Sebagai
seorang guru harus cerdas dan kreatif memilih metode dan model yang digunakan
sesuai dengan kondisi siswa-siswanya.
Menurut Paul Suparno, dkk (2002: 45-52) ada beberapa
metode penyampaian pendidikan budi pekerti, antara lain :
1.
Metode Demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara
bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk
menentukan nilai-nilai tersebut dalam
pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk
memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang
ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya. Guru
berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup
tersebut. Nilai-nilai yang dapat ditanamkan dari metode ini adalah keterbukaan,
kejujuran, penghargaan pendapat orang lain, sportifitas, kerendahan hati, dan
toleransi.
Pencarian nilai-nilai tersebut bisa dilakukan
dengan mengamati secara langsung kasus-kasus yang ada di lingkungan sekolah
kemudian siswa diminta menentukan dampak
positif dan negatif terhadap masyarakat sekitar. Dari dampak-dampak tersebut
kemudian siswa dituntut untuk menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam
kasus yang mereka amati.
2.
Metode Pencarian Bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang
melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi
atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, dimana dalam proses ini diharapkan
menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentatif untuk
dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama.
Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan
menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan
menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya anak diharapkan dapat
menemukan nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Anak
diajak untuk secara kritis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul
tersebut. Anak diajari untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, Namun
dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada
pengambilan sikap.
3.
Metode Siswa Aktif
Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan
anak sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam
kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan,
pembahasan analisis sampai pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode
ini ingin mendorong anak untuk mempunyai kreatifitas, ketelitian, kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.
4.
Metode Keteladanan
Anak belajar dari lingkungan terdekat dan mempunyai
intensitas rasional yang tinggi. Proses pembentukan budi pekerti pada anak
dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Anak melihat apa yang
dilakukan oleh guru kemudian merekam dan menirunya. Dengan keteladanan guru
dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata
dan tindakan dari guru akan amat berarti berarti bagi siswa. Anak akan berpikir
bahwa apa yang mereka ajarkan itu benar dan bisa ditiru. Akan tetapi jika tidak
terjadi kecocokan antara kata dan tindakan yang dilakukan guru maka siswa akan
menganggap nilai yang mereka ajarkan itu tidak benar. Akan berbahaya jika
perilaku guru yang salah itu ditiru siswa. Maka ini berarti bahwa guru
menjerumuskan siswa. Oleh karena itu dituntut ketulusan, keteguhan,
kekonsistenan hidup seorang guru.
Budi pekerti adalah sikap hidup yang disadari, diyakini,
dan dihayati dalam tingkat tingkah laku kehidupan. Kesatuan antara pikiran,
perkataan dan perbuatan.
5.
Metode Pengalaman Langsung (Live In)
Metode live in atau pengalaman langsung dimaksudkan agar
siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang
berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat
mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan,
permasalahan termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Live in tidak harus
berhari-hari secara berturut-turut dilaksanakan. Misalnya anak diajak
berkunjung dan membantu suatu panti asuhan anak-anak cacat.
Siswa diajak terlibat dalam melaksanakan tugas-tugas
harian yang bisa mereka jalankan, tidak membutuhkan keahlian khusus, dan tidak
berbahaya bagi kedua belah pihak. Membantu dan melayani anggota panti asuhan
yang tergantung pada orang lain akan memberi pengalaman khusus bagi siswa dan
bisa meningkatkan rasa syukur mereka karena bisa hidup dengan lebih baik.
6.
Metode Penjernihan Nilai
Metode penjernihan nilai dilakukan dengan dialog afektif
dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif. Berbagai latar
belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan
pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup.
Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat bisa
membuat seorang anak bingung. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap
dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik pula maka anak bisa
mengalami pembelokan nilai hidup.oleh karena itulah proses penjernihan nilai
penting untuk dilakukan. Misalnya, pada mata pelajaran kewarganegaraan siswa
diajak membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap
anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakatdan
akhirnya pada apa yang mereka lakukan. Siswa diajak untuk melihat bahwa
tindakan salah dan benar tidak tergantung pada banyak sedikitnya pelaku namun
pada nilai tindakan itu sendiri. Pada akhirnya siswa siswa bisa menentukan dan
berani mengambil sikap yang baik dalam hidupnya.
Inovasi-inovasi dilakukan bergantung kreatifitas guru
masing-masing sesuai dengan karakteristik siswa masing-masing, Lingkungan sekolah
serta situasi dan kondisi yang ada.
B.
MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang
menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa
penyederhanaan atau idealisasi.Keberhasilan untuk menawarkan dan dan menanamkan
nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti di pengaruhi oleh cara
penyampaiannya.
Model dalam penyampaian pendidikan budi pekerti, yaitu :
1.
Model Sebagi Mata Pelajaran Tersendiri
Pendidikan budi pekerti sebagai mata
pelajaran tersendiri seperti bidang studi lain dalam hal ini guru pendidikan
budi pekerti harus membuat Garis besar pedoman pengajaran (GBPP), Satuan
Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), Metedologi pengajaran, dan evaluasi
pengajaran. Selain itu juga ia harus dimasukkan dalam jadwal yang terstruktur
2.
Model Terintegrasi Dalam Semua Bidang Studi
Penanaman nilai
budi pekerti juga dapat di sampaikan secara terintegrasi dalam semua bidang
studi. Guru dapat memilih nilai-nilai yang di tanamkan melalui beberapa pokok
bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup.
3.
Model Diluar Pengajaran
Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan
pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk di bahas dan di
kupas nilai-nilai hidupnya.
4.
Model Gabungan
Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model
terintegrasi dan model diluar pengajaran, penanaman niai dilakukan melalui
pengakuan fomal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan diluar pengajaran.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan budi pekerti
ada beberapa metode dan model dalam penyampaian yang diberikan yang nantinya
diharapkan mampu terlaksana sebagaiman mestinya, karena pada kenyataannya dalam
pelaksanaan penyampaian pendidikan budi pekerti bukan suatu hal yang mudah bagi
seorang guru untuk menyampaikannya kepada para siswa dalam proses pembelajaran
dan guru dituntut untuk cerdas dan kreatif dalam menggunakan model dan metode.
B.
SARAN
Apabila ada kalimat
yang tidak berkenan pada tempatnya. Saya sebagai penulis berharap kritik dan
saran dari Bapak pembimbing dan rekan mahasiswa/i sekalian yang bersifat
membangun agar penulis bisa membuat makalah yang lebih baik pada waktu yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Ahmad Tafsir. (2009). Pendidikan
budi pekerti. Bandung : Maestro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar