ran islam di Indonesia - Aliran-Aliran Dalam Ilmu Tauhid
Ada beberapa aliran yang terkenal dalam ilmu tauhid: 1) khowarij; 2) murjiah; 3) qodariyah; 4) Jabariyah; 5) mu'tazilah; 6) ahlussunnah wal jamaah; 7) syi'ah; 8) salafiyah; dan 9) wahabiyah.
1. Khowarij
Pengangkatan Ali bin Abi Tholib ra. menjadi kholifah menggantikan Utsman bin Affan ra., tidak disetujui oleh banyak pihak. Salah seorang yang menentang keras dan tidak mau mengakui Ali sebagai kholifah ialah Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Damaskus (Syiria). Puncak dari pertentangan mereka terjadi dengan pecahnya Perang Shiffin, antara pasukan kholifah Ali bin Abi Tholib melawan pasukan Muawiyah.
Ketika pasukan Ali hampir menenangkan perang, Amr bin Ash — pendukung Muawiyah berhasil mengajak Ali bertahkim (arbitrase). Sebagian bala tentara Ali tidak mau menerima keputusan itu. Mereka berpendapat, orang yang mau berdamai pada saat pertempuran berlangsung adalah orang yang ragu akan kebenaran perang itu. Padahal hukum Allah menegaskan, bahwa orang-orang yang melawan kholifah harus diperangi.
Golongan yang semula memihak kepada Ali itu, akhirnya berbalik membenci dan memusuhi Ali. Mereka inilah yang dinamakan Khowarij, ialah orang-orang yang keluar dan memisahkan diri dari Ali.
Ajaran-ajaran pokok golongan Khowarij, secara umum adalah :
a. orang Islam yang melakukan dosa besar adalah kafir;
b. orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara Aisyah, Tholhah dan Zubair melawan Ali bin Abu Tholib dan pelaku arbirtasse - termasuk yang menerima dan membenarkannya dihukum kafir;
c. pandangan dalam menentukan kholifah (kepala negara) cukup demokratis. Kholifah, menurut mereka, harus dipilih oleh rakyat serta tidak harus dari keturunan Nabi dan tidak mesti keturunan bangsa Quraisy.
Jadi, seorang muslim dari golongan manapun bisa menjadi kholifah asalkan memiliki kemampuan memimpin dengan benar.
Tokoh-tokoh Khowarij yang utama, antara lain, ialah :
(1) Abdullah bin Wahab al-Rosyidi;
(2) Urwah bin Hudair;
(3) Mustarid bin Sa'ad;
(4) Hausaroh al-Asadi;
(5) Quroib bin Maruah;
(6) Nafi bin al-Azroq; dan
(7) Abdullah bin Basyir.
Akibat perbedaan pendapat di antara tokoh-tokohnya, Khowarij terpecah menjadi beberapa golongan, antara lain:
(1) golongan Muhakkimah (sekte khowarij yang pertama, yakni golongan yang memisahkan diri dari Ali bin Abi Tholib ra.);
(2) golongan Azariqoh (pengikut Nafi Ibnu Azroq) yang terkenal lebih radikal, sebab mereka mengkafirkan ummat Islam, kecuali golongan mereka.
(3) golongan Najadat (pengikut Najadah Ibnu 'Amir) yang merupakan pecahan dari golongan Azariqoh.
(4) golongan As-Sufriyah (pengikut Ziyad Ibnu Ashfar). Ajaran golongan ini menyerupai golongan Azariqoh;
(5) golongan al-Ibaadiyah (pengikut Abdullah Ibnu Ibaad Attami). Golongan ini agak lunak, sebab pengikutnya boleh menikah dengan orang-orang dari golongan lain;
(6) golongan al-Ajaridah pimpinan Abd. Karim bin Ajrod, yang dalam perkembangannya terpecah menjadi beberapa kelompok kecil seperti Syu'aibiyah, Hamziyah Hazimiyah, dan Maimuniyah.
Perpecahan itulah yang menghancurkan aliran Khowarij sehingga keberadannya kini hanya ada dalam catatan sejarah.
2. Murjiah
Aliran Murji'ah muncul dari golongan yang tidak sepaham dengan golongan Khowarij. Hal itu tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan ajaran Khowarij. Pengertian Murji'ah itu sendiri adalah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak.
Jadi, mereka tidak mengkafirkan seorang muslim yang berbuat dosa besar. Sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT. Sehingga seorang muslim, sekalipun melakukan dosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai muslim dan punya harapan bertaubat.
Secara garis besarnya, ajaran-ajaran pokok Murji'ah, adalah :
a. pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Dengan demikian pengikut golongan ini tidak dituntut membuktikan keimanan mereka dalam amal perbuatan sehari-hari. Tentu ini merupakan suatu kejanggalan yang sulit diterima oleh kalangan Murji'ah sendiri. Oleh karena iman dan amal perbuatan dalam ajaran Islam merupakan satu kesatuan.
b. selama meyakini dua kalimah syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar tidak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, dalam arti hanya Allah yang berhak menjatuhkannya kelak di alam akhirat.
Tokoh utama aliran Murji'ah, ialah Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, dan Diror bin Umar. Dalam perkembangan selanjutnya aliran ini terbagi dalam kelompok moderat dan ekstrem. Kelompok Murji'ah moderat dipelopori oleh Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, sedangkan kelompok Murji'ah ekstern dipelopori oleh Jaham bin Shofwan.
Namun sebagaimana aliran Khowarij, aliran Murji'ah juga hanya tinggal dalam catatan sejarah. Akan tetapi ajaran-ajarannya tentang kufur dan dosa besar masih diikuti oleh kaum muslimin bahkan diserap oleh ajaran Ahlisunnah Waljamaah.
3. Qodariyah
Aliran Qodariyah muncul di Irak. Aliran ini mengajarkan paham:
a) manusia memiliki kudrat irodat untuk berusaha dan berbuat sesuai dengan kemampuannya;
b) manusia memiliki kuasa penuh atas dirinya tanpa kudrat irodat Allah; Dengan kata lain, manusia itu sendiri yang menentukan perbuatannya — apakah ia ingin berbuat baik atau jahat;
c) menolak adanya qodar dan takdir Allah dalam segala usaha dan perbuatan manusia;
d) umat Islam yang berdosa besar tidak dihukumi sebagai kafir, namun juga tidak digolongkan seorang mukmin, melainkan hanya sebagai muslim.
Dua tokoh utama Qodariyah, ialah Ma'abad al-Juhani al-Basri Jan Ghoilan al-Dimasyqi. Ma'abad al-Juhani menyebarkan ajaran Qodariyah di Irak dan berhasil mendapatkan banyak pengikut dalam waktu yang relatif singkat. Ia terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hujjaj. Ma'abad memang terlibat dalam politik sebagai pendukung Abdurrohm an al-Asy'ats, gubernur Sajistan yang menentang kekuasaan Bani Umaiyah.
Sedangkan Ghoilan al-Dimasyqi tokoh penerus yang berjasa mengembangkan paham Qodariah sampai ke Iran. Akan tetapi paham ini dinilai membahayakan pemerintah pada waktu itu, sehingga Ghoilan dihukum bunuh oleh pemerintah Hisyam bin Abdul Malik, kholifah Dinasti Umaiyah kesepuluh (105 125 H/724-743 M).
4. Jabariyah
Aliran Jabariyah lahir di Khurosan. Aliran ini mengajarkan paham, bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk berbuat sesuatu dan tidak memiliki kemauan. Dengan kata lain, segala kemauan dan perbuatan manusia sesungguhnya kehendak Allah SWT, namun manusia tetap menerima konsekuensi - pahala atau siksa - atas perbuatannya. Dengan demikian paham aliran ini bertolak belakang dengan paham Qodariyah.
Ajaran lain yang diosebarkan oleh Aliran Jabariyah, antara lain:
a) Qur'an adalah makhluk sebagaimana yang lain, yang fana dan tidak abadi;
b) di akhirat kelak, Tuhan tidak dapat dilihat; dan
c) neraka dan surga itu tidak abadi.
Pelopor aliran Jabariyah, ialah Tsalut Ibnu 'ashom. Aliran ini kemudian berkembang luas berkat Jahm bin Shofwan, seorang Persia yang menjadi pegawai Syuroih bin al-Harits dari kelompok bendera hitam yang memberontak kepada pemerintahan Bani Umaiyah. Jahm bin Shofwan akhirnya tertangkap dan dihukum mati dalam perlawanan terhadap Bani Umaiyah tahun 131 H.
Pengikut aliran Jabariyah terbagi dalam dua kelompok. Pertama, kelompok ekstrem yang termasuk di dalamnya Jahm bin Shofwan. Kedua, kelompok moderat, di antaranya, Dhiror bin Amru, Hafaz al-Fardi, dan Husein bin Najjar.
5. Mu'tazilah
Aliran Mu'tazilah (artinya memisahkan diri) muncul di Basroh, Irak, pada abad Icedua Hijriyah. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atho (700-750M/80-131H) memisahkan diri dari gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat antara keduanya. Wasil bin Atho berpendapat, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar, statusnya tidak mukmin lagi namun tidak juga kafir yang berarti fasik.
Sebaliknya menurut Imam Hasan al-Basri, mukmin yang melakukan dosa besar statusnya tetap mukmin.
Mu'tazilah memiliki lima ajaran pokok.
a. Tauhid — keesaan Allah SWT. Dalam hal ini Mu'tazilah berpendapat, antara lain bahwa :
(1) Tidak mengakui sifat Allah, sebab apa yang dikatakan orang sebagai sifat Allah, tidak lain dzat Allah itu sendiri;
(2) Al-Qur'an adalah makhluk;
(3) Tuhan, di alam akhirat kelak, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Yang terjangkau oleh mata manusia bukanlah Tuhan.
b. Keadilan Allah SWT. Aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa Allah SWT akan memberikan imbalan kepada manusia sesuai dengan apa yang diperbuat oleh manusia.
c. Janji dan ancaman. Aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari janjinya : memberi pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan melimpahkan siksa kepada orang muslim yang berbuat dosa.
d. Posisi di antara dua posisi. Ajaran ini dicetuskan oleh Wasil bin atho sendiri yang menyebabkannya memisahkan diri dari Imam Hasan al-Basri, bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
e. Amar makruf (tuntutan berbuat baik) dan Nahi Mungkar (mencegah segala perbuatan tercela). Jadi ajaran Mu'tazilah yang terakhir ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
Tokoh-tokoh Mu'tazilah yang terkenal ialah:
1) Wasil bin Atho (pelopori kelahiran aliran ini);
2) Abu Huzail al-Allaf (135-235H/751-849M), tokoh yang menyusun lima ajaran pokok Mu'tazilah;
3) Al-N azzam, murid dari Abu Huzail; dan
4) Al-Jubba'i — nama lengkapnya : Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab (235-303H/849-915M).
Sekalipun aliran Mu'tazilah tidak eksis lagi, namun pemikiran-pemikiran rasionalnya sering digali kembali oleh para cendikiawan muslim dan non-muslim.
6. Ahlussunnah Waljamaah
Yang tergolong dalam aliran ini adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw (ahlussunnah) dan Sahabat Nabi (jamaah). Pendiri aliran ini, ialah Abu al-Hasan al-Asy'ari di Bashroh dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.
Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324H/873-935M), adalah cucu dari Sahabat Nabi yang terkenal, Abu Musa al-Asy'ari. Semula ia berpaham Mu'tazilah karena diasuh dan berguru pada ayah tirinya Abu Ali al-Jubbai yang juga guru besar Mu'tazilah di Bashroh. Pada akhirnya, ia meragukan paham Mu'tazilah dan memohon kepada Allah SWT agar diberi petunjuk jalan yang benar.
Ketika berusia sekitar empat puluh tahun. Abu Hasan memproklamirkan diri bahwa ia telah meninggalkan keyakinannya yang lama. Sejak saat itu ia menyebarluaskan paham barunya yang terkenal dengan ahlussunnah waljamaah.
Pokok-pokok pikiran Abu Hasan Al-Asy'ari, antara lain:
a. Tuhan memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
b. Al-Qur'an adalah qodim, bukan makhluk. Hal itu didasarkan pada ayat: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (QS. 36/Yasin: 82)
c. Kelak di akhirat Tuhan dapat dilihat oleh mata kepala manusia. Pendapatnya ini didasarkan pada ayat: "Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya." (QS. 75/ Al-Qiyamah: 22-23)
Jelaslah bahwa pokok-pokok pikiran al-Asy'ari bertolak belakang dengan paham-paham yang diajarkan oleh Mu'tazilah.
Abu al-Hasan al-Asy'ari juga menulis beberapa kitab tentang ilmu kalam. Kitab-kitabnya terpenting yang menjadi dasar pemikiran aliran yang diproklamasikannya dan menjadi pegangan bagi pengikutnya, adalah:
1) al-Ibanah'an Ushul al-Dinayah, yang berisi pokok-pokok pikiran ajaran Ahlisunnah Waljamaah; dan
2) Al-Luma fi al-Rodd 'ala Ahl al-Ziyaq wa al-Bida, yang berisi pandangan dan ajaran Al-Asy'ari tentang ilmu kalam, dan jawaban terhadap serangan lawan.
7. Syi'ah
Yang dimaksudkan Syi'ah di sini adalah mereka yang memuja-muja Ali bin Abi Tholib dan keturunannya. Mereka menganggap Ali yang berhak menjadi kholifah setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Pelopor golongan ini, ialah Abdullah bin Saba', pendeta Yahudi asal Yaman yang masuk Islam pada masa pemerintahan Ustman bin Affan. Ia, dalam berbagai literature, disebut sebagai tokoh yang banyak berperan dalam memecah-belah umat Islam.
Golongan syi'ah ini muncul dari sakit hati Abdullah bin Saba', karena kedatangannya di Madinah tidak disambut oleh Kholifah Ustman bin Affan ra. Ia kemudian mengadakan oposisi dengan mengeluarkan fatwa bahwa sesungguhnya yang berhak menjadi kholifah sepeninggal Rosulullah saw. ialah Ali bin Abu Tholib ra. clan ketiga kholifah sebelumnya tidak sah. Mereka ini menamakan diri pencinta Ahlul Bait (keluarga Nabi) dan kemudian mendapat banyak pengikut.
Ajaran-ajaran golongan Syi'ah antara lain:
a) mengutuk dan tidak membenarkan jabatan kholifah Abu Bakar Ash Shiddhiq ra.; Umar bin Khoththob ra.; dan Utsman bin Affan ra. Sebab ketiganya dianggap merampas jabatan kholifah bagi Ali bin Abi Tholib ra.
b) pangkat kekholifahan (keimaman) dilakukan secara turun-temurun sampai 12 imam, mulai dari
(1) Ali bin Abi Tholib;
(2) Hasan bin Ali bin Abi Tholib;
(3) Husein bin Ali bin Abi Tholib;
(4) Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Tholib;
(5) Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainal Abidin;
(6) Jakfar al-Shodiq bin Muhammad al-Baqir;
(7) Musa al-Kazhim bin Jakfar al-Shodiq;
(8) Ali al-Ridho bin Musa al-Kazhim;
(9) Muhammad al-Jawwad bin Ali al-Ridho;
(10) Ali bin Muhammad bin Ali al-Ridho;
(11) Hasan bin Ali bin Muhammad al-Aksari; sampai
(12) Muhammad bin Hasan al-Mahdi yang hilang ketika berusia lima tahun, serta dinantikan dan diyakini kehadirannya kelak di kemudian hari/menjelang Hari Kiamat;
c) Imam adalah maksum, yakni tidak pernah berbuat dosa sebagaimana nabi. Mereka juga percaya bahwa imam juga menerima wahyu dari Allah, dengan mendengar suara Jibril as. dengan tidak melihatnya.
d) Tidak menerima hadits yang diriwayatkan oleh selain imam mereka. Karena itu mereka tidak mengakui hadits-hadits Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Nasai. Mereka juga tidak menerima tafsir Al-Qur'an selain yang ditafsirkan oleh imamnya. Mereka tidak menggunakan ushul fikih. Dan tidak menerima qiyas dan ijmak.
Golongan Syi'ah terpecah belah menjadi 22 sekte. Dari ke 22 sekte tersebut yang masih bertahan sampai sekarang hanya tiga sekte : (1) Imamiah; (2) Ismailiah; dan (3) Zaidiah.
a. Syiah Rafidhoh, golongan syiah paling ekstrim karena: (1) mengkafirkan selain golongannya; (2) mengajarkan bahwa Jibril telah melakukan kesalahan dalam menyampaikan wahyu, yang seharusnya kepada Ali Ibnu Abi Tholib bukan kepada Nabi Muhammad saw.; dan (3) roh orang yang meninggal akan kembali ke dunia sebagai reinkaranasi;
b. Syiah Imamiah atau Istna 'Asyariah. Penamaan Imamiah ini karena kepercayaan mereka yang kuat bahwa yang berhak memimpin umat Islam hanya imam. Mereka berkeyakinan adanya dua belas imam sebagaimana yang tersebut di atas.
c. Syi'ah Ismailiah adalah sekte syi'ah yang mempercayai bahwa imam itu hanya tujuh orang, ialah mulai dari Imam yang pertama, Ali bin Abi Tholib sampai Imam yang tujuh. Akan tetapi dalam kepercayaan mereka, imam yang tujuh itu bukan Musa al-Kazhim bin Jakfar al-Shodiq seperti yang dipercaya oleh Syi'ah imamiah, melainkan Ismail.
d. Syi'ah Zaidiah adalah sekte Syi'ah pengikut Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib. Mereka tergolong syi'ah yang moderat, karena tidak berpendapat bahwa Ali dan keturunannya yang berhak menjadi kholifah. Mereka juga tidak memvonis, bahwa ketiga kholifah sebelum Ali tidak sah.
8. Salafiyah
Salafi atau salafiyah adalah kata jadian yang berasal dari kata Salafa, yaslufu, dan salafan yang memiliki arti terdahulu. As-Salaf ini berarti al-mutagoddimuuna fii as-sair, yakni orang terdahulu. Mereka adalah as-Salaf ash-Sholih, yang berarti orang saleh terdahulu. Yakni kaum muslim generasi sahabat, generasi tabi'in, tabi'it tabi'in, serta generasi atba' at-tabi'in seperti Imam Syafi'i, Imam Hanbali, Bukhori, Muslim dan penyusun kitab hadits yang enam lainnya.
Orang-orang saleh terdahulu itu menjadi generasi terbaik karena benar-benar menjalankan Islam secara menyeluruh dan utuh. Mereka tidak hanya saleh secara ritual, melainkan juga saleh secara sosial. Jadi selain taat beribadah, juga rendah hati, jujur, penuh toleransi dan cinta damai. Karena itu kalau ada orang yang mengaku salafi, tetapi suka mencela, merasa paling benar, sombong, suka bermusuhan, dan mengkafir-kafirkan orang lain, percayalah dia bukan salafi.
Perilaku Islami yang dipraktekkan oleh kaum salaf dalam segala segi kehidupan sehari-hari memang patut diteladani. Maka tepatlah kiranya jika Ibnu Taimiyah mencetuskan suatu gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran kaum salaf, yang kemudian terkenal dengan nama salafiyah. Tujuannya agar umat Islam kembali kepada Al-Qur'an dan hadits.
Gerakan salafiyah dicetuskan oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H/ 1263-1328 M) seorang ulama dari kalangan Hambaliyah. Lalu gerakan ini diteruskan oleh para pengikutnya, antara lain Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Jamaluddin al-Afgani, Syekh Muhammad Abduh, dan Syekh Muhammad Rosyid Ridho.
Akhirnya gerakan salafi ini menyebar ske eluruh dunia. Di India mencuatlah nama Sayid Ahmad Khan yang dianggap mempunyai semangat salaf. Di Indonesia sendiri muncul pula oraganisai-organisasi keagamaan yang dilandasi ajaran salaf seperti Thowalib, al-Irsyad, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Persatuan Umat Islam.
9. Wahabi
Gerakan Wahabi muncul di Uyainah, suatu daerah di Nejed, kota terpencil di Saudi Arabiyah yang ketika itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Turki Usmani. Pelopornya adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1115-1306 H/1702-1786 M), pengikut setia dan penganut Ahmad bin Hambal, pendiri Madzhab Hambali. Gerakan ini tidak mendapat sambutan dari masyarakat, bahkan mendapat tekanan dari penguasa setempat. Lalu pindahlah Muhammad bin Abdul Wahab ke desa Dar'iyah, sebelah timur Riyadh yang dihuni oleh Amir ibnu Su'ud (w. 1179 H/1766 M), pendiri Dinasti Su'ud yang kini berkuasa di Arab Saudi.
Di tempatnya yang baru ini, Wahabi mendapat dukungan dan perlindungan dari Muhammad bin Su'ud. Sebaliknya Muhammad Abdul Wahhab memandang Amir Su'ud memiliki ambisi yang besar untuk menguasai daratan Arabia. Maka pada tahun 1744 M tercapailah kesepakatan di antara keduanya untuk saling mendukung demi tercapainya tujuan masing-masing. Dengan begitu Muhammad Abdul Wahab dapat dengan leluasa mengembangkan ajarannya.
Sebagaimana gerakan Salafiyah, wahabi kala itu juga ingin memurnikan ajaran Islam. Hanya saja mereka tidak menempuh cara-cara persuasif seperti yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, melainkan mengambil sikap keras dengan menggunakan kekuatan.
Ada beberapa aliran yang terkenal dalam ilmu tauhid: 1) khowarij; 2) murjiah; 3) qodariyah; 4) Jabariyah; 5) mu'tazilah; 6) ahlussunnah wal jamaah; 7) syi'ah; 8) salafiyah; dan 9) wahabiyah.
1. Khowarij
Pengangkatan Ali bin Abi Tholib ra. menjadi kholifah menggantikan Utsman bin Affan ra., tidak disetujui oleh banyak pihak. Salah seorang yang menentang keras dan tidak mau mengakui Ali sebagai kholifah ialah Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Damaskus (Syiria). Puncak dari pertentangan mereka terjadi dengan pecahnya Perang Shiffin, antara pasukan kholifah Ali bin Abi Tholib melawan pasukan Muawiyah.
Ketika pasukan Ali hampir menenangkan perang, Amr bin Ash — pendukung Muawiyah berhasil mengajak Ali bertahkim (arbitrase). Sebagian bala tentara Ali tidak mau menerima keputusan itu. Mereka berpendapat, orang yang mau berdamai pada saat pertempuran berlangsung adalah orang yang ragu akan kebenaran perang itu. Padahal hukum Allah menegaskan, bahwa orang-orang yang melawan kholifah harus diperangi.
Golongan yang semula memihak kepada Ali itu, akhirnya berbalik membenci dan memusuhi Ali. Mereka inilah yang dinamakan Khowarij, ialah orang-orang yang keluar dan memisahkan diri dari Ali.
Ajaran-ajaran pokok golongan Khowarij, secara umum adalah :
a. orang Islam yang melakukan dosa besar adalah kafir;
b. orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara Aisyah, Tholhah dan Zubair melawan Ali bin Abu Tholib dan pelaku arbirtasse - termasuk yang menerima dan membenarkannya dihukum kafir;
c. pandangan dalam menentukan kholifah (kepala negara) cukup demokratis. Kholifah, menurut mereka, harus dipilih oleh rakyat serta tidak harus dari keturunan Nabi dan tidak mesti keturunan bangsa Quraisy.
Jadi, seorang muslim dari golongan manapun bisa menjadi kholifah asalkan memiliki kemampuan memimpin dengan benar.
Tokoh-tokoh Khowarij yang utama, antara lain, ialah :
(1) Abdullah bin Wahab al-Rosyidi;
(2) Urwah bin Hudair;
(3) Mustarid bin Sa'ad;
(4) Hausaroh al-Asadi;
(5) Quroib bin Maruah;
(6) Nafi bin al-Azroq; dan
(7) Abdullah bin Basyir.
Akibat perbedaan pendapat di antara tokoh-tokohnya, Khowarij terpecah menjadi beberapa golongan, antara lain:
(1) golongan Muhakkimah (sekte khowarij yang pertama, yakni golongan yang memisahkan diri dari Ali bin Abi Tholib ra.);
(2) golongan Azariqoh (pengikut Nafi Ibnu Azroq) yang terkenal lebih radikal, sebab mereka mengkafirkan ummat Islam, kecuali golongan mereka.
(3) golongan Najadat (pengikut Najadah Ibnu 'Amir) yang merupakan pecahan dari golongan Azariqoh.
(4) golongan As-Sufriyah (pengikut Ziyad Ibnu Ashfar). Ajaran golongan ini menyerupai golongan Azariqoh;
(5) golongan al-Ibaadiyah (pengikut Abdullah Ibnu Ibaad Attami). Golongan ini agak lunak, sebab pengikutnya boleh menikah dengan orang-orang dari golongan lain;
(6) golongan al-Ajaridah pimpinan Abd. Karim bin Ajrod, yang dalam perkembangannya terpecah menjadi beberapa kelompok kecil seperti Syu'aibiyah, Hamziyah Hazimiyah, dan Maimuniyah.
Perpecahan itulah yang menghancurkan aliran Khowarij sehingga keberadannya kini hanya ada dalam catatan sejarah.
2. Murjiah
Aliran Murji'ah muncul dari golongan yang tidak sepaham dengan golongan Khowarij. Hal itu tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan ajaran Khowarij. Pengertian Murji'ah itu sendiri adalah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak.
Jadi, mereka tidak mengkafirkan seorang muslim yang berbuat dosa besar. Sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT. Sehingga seorang muslim, sekalipun melakukan dosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai muslim dan punya harapan bertaubat.
Secara garis besarnya, ajaran-ajaran pokok Murji'ah, adalah :
a. pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Dengan demikian pengikut golongan ini tidak dituntut membuktikan keimanan mereka dalam amal perbuatan sehari-hari. Tentu ini merupakan suatu kejanggalan yang sulit diterima oleh kalangan Murji'ah sendiri. Oleh karena iman dan amal perbuatan dalam ajaran Islam merupakan satu kesatuan.
b. selama meyakini dua kalimah syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar tidak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, dalam arti hanya Allah yang berhak menjatuhkannya kelak di alam akhirat.
Tokoh utama aliran Murji'ah, ialah Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, dan Diror bin Umar. Dalam perkembangan selanjutnya aliran ini terbagi dalam kelompok moderat dan ekstrem. Kelompok Murji'ah moderat dipelopori oleh Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, sedangkan kelompok Murji'ah ekstern dipelopori oleh Jaham bin Shofwan.
Namun sebagaimana aliran Khowarij, aliran Murji'ah juga hanya tinggal dalam catatan sejarah. Akan tetapi ajaran-ajarannya tentang kufur dan dosa besar masih diikuti oleh kaum muslimin bahkan diserap oleh ajaran Ahlisunnah Waljamaah.
3. Qodariyah
Aliran Qodariyah muncul di Irak. Aliran ini mengajarkan paham:
a) manusia memiliki kudrat irodat untuk berusaha dan berbuat sesuai dengan kemampuannya;
b) manusia memiliki kuasa penuh atas dirinya tanpa kudrat irodat Allah; Dengan kata lain, manusia itu sendiri yang menentukan perbuatannya — apakah ia ingin berbuat baik atau jahat;
c) menolak adanya qodar dan takdir Allah dalam segala usaha dan perbuatan manusia;
d) umat Islam yang berdosa besar tidak dihukumi sebagai kafir, namun juga tidak digolongkan seorang mukmin, melainkan hanya sebagai muslim.
Dua tokoh utama Qodariyah, ialah Ma'abad al-Juhani al-Basri Jan Ghoilan al-Dimasyqi. Ma'abad al-Juhani menyebarkan ajaran Qodariyah di Irak dan berhasil mendapatkan banyak pengikut dalam waktu yang relatif singkat. Ia terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hujjaj. Ma'abad memang terlibat dalam politik sebagai pendukung Abdurrohm an al-Asy'ats, gubernur Sajistan yang menentang kekuasaan Bani Umaiyah.
Sedangkan Ghoilan al-Dimasyqi tokoh penerus yang berjasa mengembangkan paham Qodariah sampai ke Iran. Akan tetapi paham ini dinilai membahayakan pemerintah pada waktu itu, sehingga Ghoilan dihukum bunuh oleh pemerintah Hisyam bin Abdul Malik, kholifah Dinasti Umaiyah kesepuluh (105 125 H/724-743 M).
4. Jabariyah
Aliran Jabariyah lahir di Khurosan. Aliran ini mengajarkan paham, bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk berbuat sesuatu dan tidak memiliki kemauan. Dengan kata lain, segala kemauan dan perbuatan manusia sesungguhnya kehendak Allah SWT, namun manusia tetap menerima konsekuensi - pahala atau siksa - atas perbuatannya. Dengan demikian paham aliran ini bertolak belakang dengan paham Qodariyah.
Ajaran lain yang diosebarkan oleh Aliran Jabariyah, antara lain:
a) Qur'an adalah makhluk sebagaimana yang lain, yang fana dan tidak abadi;
b) di akhirat kelak, Tuhan tidak dapat dilihat; dan
c) neraka dan surga itu tidak abadi.
Pelopor aliran Jabariyah, ialah Tsalut Ibnu 'ashom. Aliran ini kemudian berkembang luas berkat Jahm bin Shofwan, seorang Persia yang menjadi pegawai Syuroih bin al-Harits dari kelompok bendera hitam yang memberontak kepada pemerintahan Bani Umaiyah. Jahm bin Shofwan akhirnya tertangkap dan dihukum mati dalam perlawanan terhadap Bani Umaiyah tahun 131 H.
Pengikut aliran Jabariyah terbagi dalam dua kelompok. Pertama, kelompok ekstrem yang termasuk di dalamnya Jahm bin Shofwan. Kedua, kelompok moderat, di antaranya, Dhiror bin Amru, Hafaz al-Fardi, dan Husein bin Najjar.
5. Mu'tazilah
Aliran Mu'tazilah (artinya memisahkan diri) muncul di Basroh, Irak, pada abad Icedua Hijriyah. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atho (700-750M/80-131H) memisahkan diri dari gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat antara keduanya. Wasil bin Atho berpendapat, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar, statusnya tidak mukmin lagi namun tidak juga kafir yang berarti fasik.
Sebaliknya menurut Imam Hasan al-Basri, mukmin yang melakukan dosa besar statusnya tetap mukmin.
Mu'tazilah memiliki lima ajaran pokok.
a. Tauhid — keesaan Allah SWT. Dalam hal ini Mu'tazilah berpendapat, antara lain bahwa :
(1) Tidak mengakui sifat Allah, sebab apa yang dikatakan orang sebagai sifat Allah, tidak lain dzat Allah itu sendiri;
(2) Al-Qur'an adalah makhluk;
(3) Tuhan, di alam akhirat kelak, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Yang terjangkau oleh mata manusia bukanlah Tuhan.
b. Keadilan Allah SWT. Aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa Allah SWT akan memberikan imbalan kepada manusia sesuai dengan apa yang diperbuat oleh manusia.
c. Janji dan ancaman. Aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari janjinya : memberi pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan melimpahkan siksa kepada orang muslim yang berbuat dosa.
d. Posisi di antara dua posisi. Ajaran ini dicetuskan oleh Wasil bin atho sendiri yang menyebabkannya memisahkan diri dari Imam Hasan al-Basri, bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.
e. Amar makruf (tuntutan berbuat baik) dan Nahi Mungkar (mencegah segala perbuatan tercela). Jadi ajaran Mu'tazilah yang terakhir ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.
Tokoh-tokoh Mu'tazilah yang terkenal ialah:
1) Wasil bin Atho (pelopori kelahiran aliran ini);
2) Abu Huzail al-Allaf (135-235H/751-849M), tokoh yang menyusun lima ajaran pokok Mu'tazilah;
3) Al-N azzam, murid dari Abu Huzail; dan
4) Al-Jubba'i — nama lengkapnya : Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab (235-303H/849-915M).
Sekalipun aliran Mu'tazilah tidak eksis lagi, namun pemikiran-pemikiran rasionalnya sering digali kembali oleh para cendikiawan muslim dan non-muslim.
6. Ahlussunnah Waljamaah
Yang tergolong dalam aliran ini adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw (ahlussunnah) dan Sahabat Nabi (jamaah). Pendiri aliran ini, ialah Abu al-Hasan al-Asy'ari di Bashroh dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.
Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324H/873-935M), adalah cucu dari Sahabat Nabi yang terkenal, Abu Musa al-Asy'ari. Semula ia berpaham Mu'tazilah karena diasuh dan berguru pada ayah tirinya Abu Ali al-Jubbai yang juga guru besar Mu'tazilah di Bashroh. Pada akhirnya, ia meragukan paham Mu'tazilah dan memohon kepada Allah SWT agar diberi petunjuk jalan yang benar.
Ketika berusia sekitar empat puluh tahun. Abu Hasan memproklamirkan diri bahwa ia telah meninggalkan keyakinannya yang lama. Sejak saat itu ia menyebarluaskan paham barunya yang terkenal dengan ahlussunnah waljamaah.
Pokok-pokok pikiran Abu Hasan Al-Asy'ari, antara lain:
a. Tuhan memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
b. Al-Qur'an adalah qodim, bukan makhluk. Hal itu didasarkan pada ayat: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (QS. 36/Yasin: 82)
c. Kelak di akhirat Tuhan dapat dilihat oleh mata kepala manusia. Pendapatnya ini didasarkan pada ayat: "Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya." (QS. 75/ Al-Qiyamah: 22-23)
Jelaslah bahwa pokok-pokok pikiran al-Asy'ari bertolak belakang dengan paham-paham yang diajarkan oleh Mu'tazilah.
Abu al-Hasan al-Asy'ari juga menulis beberapa kitab tentang ilmu kalam. Kitab-kitabnya terpenting yang menjadi dasar pemikiran aliran yang diproklamasikannya dan menjadi pegangan bagi pengikutnya, adalah:
1) al-Ibanah'an Ushul al-Dinayah, yang berisi pokok-pokok pikiran ajaran Ahlisunnah Waljamaah; dan
2) Al-Luma fi al-Rodd 'ala Ahl al-Ziyaq wa al-Bida, yang berisi pandangan dan ajaran Al-Asy'ari tentang ilmu kalam, dan jawaban terhadap serangan lawan.
7. Syi'ah
Yang dimaksudkan Syi'ah di sini adalah mereka yang memuja-muja Ali bin Abi Tholib dan keturunannya. Mereka menganggap Ali yang berhak menjadi kholifah setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Pelopor golongan ini, ialah Abdullah bin Saba', pendeta Yahudi asal Yaman yang masuk Islam pada masa pemerintahan Ustman bin Affan. Ia, dalam berbagai literature, disebut sebagai tokoh yang banyak berperan dalam memecah-belah umat Islam.
Golongan syi'ah ini muncul dari sakit hati Abdullah bin Saba', karena kedatangannya di Madinah tidak disambut oleh Kholifah Ustman bin Affan ra. Ia kemudian mengadakan oposisi dengan mengeluarkan fatwa bahwa sesungguhnya yang berhak menjadi kholifah sepeninggal Rosulullah saw. ialah Ali bin Abu Tholib ra. clan ketiga kholifah sebelumnya tidak sah. Mereka ini menamakan diri pencinta Ahlul Bait (keluarga Nabi) dan kemudian mendapat banyak pengikut.
Ajaran-ajaran golongan Syi'ah antara lain:
a) mengutuk dan tidak membenarkan jabatan kholifah Abu Bakar Ash Shiddhiq ra.; Umar bin Khoththob ra.; dan Utsman bin Affan ra. Sebab ketiganya dianggap merampas jabatan kholifah bagi Ali bin Abi Tholib ra.
b) pangkat kekholifahan (keimaman) dilakukan secara turun-temurun sampai 12 imam, mulai dari
(1) Ali bin Abi Tholib;
(2) Hasan bin Ali bin Abi Tholib;
(3) Husein bin Ali bin Abi Tholib;
(4) Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Tholib;
(5) Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainal Abidin;
(6) Jakfar al-Shodiq bin Muhammad al-Baqir;
(7) Musa al-Kazhim bin Jakfar al-Shodiq;
(8) Ali al-Ridho bin Musa al-Kazhim;
(9) Muhammad al-Jawwad bin Ali al-Ridho;
(10) Ali bin Muhammad bin Ali al-Ridho;
(11) Hasan bin Ali bin Muhammad al-Aksari; sampai
(12) Muhammad bin Hasan al-Mahdi yang hilang ketika berusia lima tahun, serta dinantikan dan diyakini kehadirannya kelak di kemudian hari/menjelang Hari Kiamat;
c) Imam adalah maksum, yakni tidak pernah berbuat dosa sebagaimana nabi. Mereka juga percaya bahwa imam juga menerima wahyu dari Allah, dengan mendengar suara Jibril as. dengan tidak melihatnya.
d) Tidak menerima hadits yang diriwayatkan oleh selain imam mereka. Karena itu mereka tidak mengakui hadits-hadits Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Nasai. Mereka juga tidak menerima tafsir Al-Qur'an selain yang ditafsirkan oleh imamnya. Mereka tidak menggunakan ushul fikih. Dan tidak menerima qiyas dan ijmak.
Golongan Syi'ah terpecah belah menjadi 22 sekte. Dari ke 22 sekte tersebut yang masih bertahan sampai sekarang hanya tiga sekte : (1) Imamiah; (2) Ismailiah; dan (3) Zaidiah.
a. Syiah Rafidhoh, golongan syiah paling ekstrim karena: (1) mengkafirkan selain golongannya; (2) mengajarkan bahwa Jibril telah melakukan kesalahan dalam menyampaikan wahyu, yang seharusnya kepada Ali Ibnu Abi Tholib bukan kepada Nabi Muhammad saw.; dan (3) roh orang yang meninggal akan kembali ke dunia sebagai reinkaranasi;
b. Syiah Imamiah atau Istna 'Asyariah. Penamaan Imamiah ini karena kepercayaan mereka yang kuat bahwa yang berhak memimpin umat Islam hanya imam. Mereka berkeyakinan adanya dua belas imam sebagaimana yang tersebut di atas.
c. Syi'ah Ismailiah adalah sekte syi'ah yang mempercayai bahwa imam itu hanya tujuh orang, ialah mulai dari Imam yang pertama, Ali bin Abi Tholib sampai Imam yang tujuh. Akan tetapi dalam kepercayaan mereka, imam yang tujuh itu bukan Musa al-Kazhim bin Jakfar al-Shodiq seperti yang dipercaya oleh Syi'ah imamiah, melainkan Ismail.
d. Syi'ah Zaidiah adalah sekte Syi'ah pengikut Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib. Mereka tergolong syi'ah yang moderat, karena tidak berpendapat bahwa Ali dan keturunannya yang berhak menjadi kholifah. Mereka juga tidak memvonis, bahwa ketiga kholifah sebelum Ali tidak sah.
8. Salafiyah
Salafi atau salafiyah adalah kata jadian yang berasal dari kata Salafa, yaslufu, dan salafan yang memiliki arti terdahulu. As-Salaf ini berarti al-mutagoddimuuna fii as-sair, yakni orang terdahulu. Mereka adalah as-Salaf ash-Sholih, yang berarti orang saleh terdahulu. Yakni kaum muslim generasi sahabat, generasi tabi'in, tabi'it tabi'in, serta generasi atba' at-tabi'in seperti Imam Syafi'i, Imam Hanbali, Bukhori, Muslim dan penyusun kitab hadits yang enam lainnya.
Orang-orang saleh terdahulu itu menjadi generasi terbaik karena benar-benar menjalankan Islam secara menyeluruh dan utuh. Mereka tidak hanya saleh secara ritual, melainkan juga saleh secara sosial. Jadi selain taat beribadah, juga rendah hati, jujur, penuh toleransi dan cinta damai. Karena itu kalau ada orang yang mengaku salafi, tetapi suka mencela, merasa paling benar, sombong, suka bermusuhan, dan mengkafir-kafirkan orang lain, percayalah dia bukan salafi.
Perilaku Islami yang dipraktekkan oleh kaum salaf dalam segala segi kehidupan sehari-hari memang patut diteladani. Maka tepatlah kiranya jika Ibnu Taimiyah mencetuskan suatu gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran kaum salaf, yang kemudian terkenal dengan nama salafiyah. Tujuannya agar umat Islam kembali kepada Al-Qur'an dan hadits.
Gerakan salafiyah dicetuskan oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H/ 1263-1328 M) seorang ulama dari kalangan Hambaliyah. Lalu gerakan ini diteruskan oleh para pengikutnya, antara lain Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Jamaluddin al-Afgani, Syekh Muhammad Abduh, dan Syekh Muhammad Rosyid Ridho.
Akhirnya gerakan salafi ini menyebar ske eluruh dunia. Di India mencuatlah nama Sayid Ahmad Khan yang dianggap mempunyai semangat salaf. Di Indonesia sendiri muncul pula oraganisai-organisasi keagamaan yang dilandasi ajaran salaf seperti Thowalib, al-Irsyad, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Persatuan Umat Islam.
9. Wahabi
Gerakan Wahabi muncul di Uyainah, suatu daerah di Nejed, kota terpencil di Saudi Arabiyah yang ketika itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Turki Usmani. Pelopornya adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1115-1306 H/1702-1786 M), pengikut setia dan penganut Ahmad bin Hambal, pendiri Madzhab Hambali. Gerakan ini tidak mendapat sambutan dari masyarakat, bahkan mendapat tekanan dari penguasa setempat. Lalu pindahlah Muhammad bin Abdul Wahab ke desa Dar'iyah, sebelah timur Riyadh yang dihuni oleh Amir ibnu Su'ud (w. 1179 H/1766 M), pendiri Dinasti Su'ud yang kini berkuasa di Arab Saudi.
Di tempatnya yang baru ini, Wahabi mendapat dukungan dan perlindungan dari Muhammad bin Su'ud. Sebaliknya Muhammad Abdul Wahhab memandang Amir Su'ud memiliki ambisi yang besar untuk menguasai daratan Arabia. Maka pada tahun 1744 M tercapailah kesepakatan di antara keduanya untuk saling mendukung demi tercapainya tujuan masing-masing. Dengan begitu Muhammad Abdul Wahab dapat dengan leluasa mengembangkan ajarannya.
Sebagaimana gerakan Salafiyah, wahabi kala itu juga ingin memurnikan ajaran Islam. Hanya saja mereka tidak menempuh cara-cara persuasif seperti yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, melainkan mengambil sikap keras dengan menggunakan kekuatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar