Minggu, 29 Juni 2014

ISLAM ABAD KLASIK (650-1250 M)


sumber : google.com
Nabi Muhammad Saw. Adalah golongan Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian, dia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nefsu duniawi, karena itu sejak muda ia sudah dijuluki Al-Amin, orang yang terpercaya.

Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke syiria(syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah tersebut dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam perjalanan ini, di Bushara, sebelah seltan syiria, ia bertemu dengan seorang pendeta bernama, Buhairoh. Pendeta ini melihat tanda tanda kenabian pada Muhammad sesuai petunjuk cerita-cerita Kristen.

Pada usia yang ke dua puluh lima, Muhammad berangkat ke syiria membawa barang dagangan milik Khadijah seorang saudagar wanita kaya raya. Dalam perdagangan ini Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam.

Masa Kerasulan Nabi Muhammad Saw

Menjelang usianya yang keempat puluh, dia sudah terlalu biasa memisah kan diri dari pergaulan masyarakat, berkontemplasi ke gua Hira,sebuah gunung yang dekat dengan kota Mekkah. Dan ia beribadah dengan mengikuti ajaran agama kakeknya yaitu Nabi Ibrahim dari beberapa hari sampai beberapa bulan. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611M, Malaikat Jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu sangat mulia. Dia telah mengajarkan Qolam. Dia telah mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui(QS 96:1-5). Dengan turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Tuhan menjadi Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum disuruh untuk menyeru manusia kepada suatu agama.

Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun Jibril yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah, hendaklah engkau besatkan tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah ngkau memberi (dengan maksud)memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk memenuhi perintah tuhanmu bersabarlah (Q.S. Al-Muddatsir: 1-7).

Dengan turunnya perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama tama, beliau melakukannya dengan cara diam diam dilingkungan sendiri dan dikalangan rekan rekannya. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Langkah dakwah seterusnya yang diambil adalah menyeru masyarakat umum.

Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai menghalangi dakwah Rasul. Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad pertama tama mereka mengira bahwa , kekuatan nabi terletak pada lindungan dan pembelaan abu tholib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan abu thalib dan mengancam dengan mengatakan “kami minta anda memilih satu diantara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau ijinkan kepada kami unuk mencegahnya. Maka dengan itu Abu Thalib sebagai pamannya mencegah Nabi muhammad SAW akan dakwahnya karena beliau takut dari kaum Qurais. Namun Nabi menolak dengan mengatakan: “Demi allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat allah ini, walaupun semua anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata: “teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”.

Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Makkah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat sahabtnya ke luar Makkah. Pada tahun kelima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian. Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan lima dari wanita, diantaranya Usman bin Affan beserta istrinya Ruqoyah putri Rasulullah, Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf. Semakin kejam mereka memperlakukan umat islam semakin banyak orang yang masuk agama ini. Bahkan, ditengah meningkaynya kekejaman itu, dua orang yang terkuat di Quraisy masuk Islam, hamzah dan Umar bin Khattab. Namun tidak lama kemdian Abu Thalib paman Nabi sekaligus pelindung utama Nabi meninggal dunia dan menyusul Tiga hari setelah itu Khadijah istri Nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun sepuluh kenabian. Dan di tahun ini pula merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW.

Untuk menghibur Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memi’rojkan beliau pada tahun ke-10 kenabiannya itu. Berita tentang isra’ dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat Makkah. Bagi orang kafir, ia dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan nabi. Sedangkan, bagi orang yang beriman, ia merupakan ujian keimanan.

Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang kafir Quraisy menentang Nabi : (1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. (2) Mereka tidak menginginkan persamaan hak antara hamba sahaya dengan golongan bangsawan. (3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran akan hari pembalasan. (4) Kokoh kepercayaan mereka terhadap agama nenek moyang. (5) Pemahat dan penjual batu memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

Lahirnya Negara Muslim Pertama

Ketika Rasulullah SAW dan Abu Bakar berangkat untuk hijrah, orang-orang Quraisy mulai memperlihatkan keberangannya dengan menganiaya pengikut Rasulullah yang belum berangkat, seperti Asma binti Abu Bakar dan yang lainnya.

Dalam perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW sempat singgah di Quba sampai kemudian Ali bin Abi Thalib berhasil mengikutinya. Di Quba Rasul sempat mendirikan pondasi masjid Quba. Setibanya di Madinah, Rasulullah SAW disambut dengan penuh suka cita oleh sahabat-sahabat Anshar. Langkah pertama yang dilakukan di Madinah ialah membangun masjid sebagai tempat ibadah.

Untuk menyatukan potensi sahabat anshar dan muhajirin, Rasulullah telah menyatukan sahabat Muhajirin dan Anshar dengan sistem muakhkhah, yakni mengangkat sebagian anggota dari mereka menjadi saudara angkat bagi yang lain. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan umat, umat Yahudi pun mempunyai pandangan negatif. Untuk mengantisipasi gejala perpecahan, akhirnya Rasulullah SAW melakukan pembentukan kesepakatan diantara mereka dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Piagam Madinah merupakan undang-undang pertama di dunia yang menjadi landasan dalam pembentukan Negara Madinah.

Menurut kami, langkah-langkah yang diambil oleh Nabi Muhammad adalah sangat brilian, yaitu dengan membuat suatu undang-undang yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Fungsinya untuk mengantisipasi gejala perpecahan dan menyatukan umat agar berdiri sebuah negara yang kuat yaitu Negara Madinah

Pembentukan Negara Madinah

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak sejarah dalam dunia Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja sebagai kepala atau pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala negara. Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan masjid. Selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan pada masa Nabi, masjid juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan golongan Muhajirin dan Anshar. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti, menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.

Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, selain orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan golongan masyarakat Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan perjanjian dengan mereka. Untuk itu, sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas telah dibuat. Setiap golongan masyarkat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar. Dalam perjanjian itu, jelas disebutkan bahwa Rasulullah saw sebagai kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang social, beliau juga meletakkan dasar persamaan antarsesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.

Menurut kami, dengan terbentuknya Negara Madinah maka Islam makin bertambah kuat karena dengan berdirinya Negara Madinah kaum Muslimin sering memenangkan peperangan. Tidak ada pejabat pegawai yang digaji. Namun, semua pengikut Nabi Muhammad siap diperintah untuk menjalankan tugas apapun. Oleh Nabi Muhammad para sahabat dibebankan tugas-tugas dakwah dan politik.

Perluasan Wilayah pada Masa Rasulullah

Sejarah islam di zaman nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua macam periode yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Pada periode Mekkah (12 tahun) pengikut nabi Muhammad masih sangat sedikit, sementara kegiatan keagamaan lebih ditekankan kepada penanaman akidah, dan pembinaan akhlak. Posisi umat islam pada periode ini sangat lemah. Mereka berada dibawah tekanan dan penindasan kaum quraisy. Dakwah nabi Muhammad mendapat tantangan sengit (dari warga mekkah), terutama dari kelompok oligarki. Mereka tidak hanya takut pada tantangan nabi Muhammad terhadap agama tradisional mereka yang bersifat politisme itu, tetapi juga khawatir kalau striktur masyarakat dan kepentingan-kepentingan.

Pada waktu Nabi Muhammad wafat ,wilayah kekuasaan Madinah telah mencakup seluruh jazirah Arabia Husein Muknis menyatakan ,sejak pertama berdirinya hingga wafatnya Nabi, dan ketika wilayah kekuasan islam sudah meliputi seluruh jazirah Arabia, maka perkembangan wilayah Negara islam dapat dibagi menjadi beberapa fase yaitu:

Fase pertama,yaitu sejak rajab 1 H sampai rajab 2 H. pada fase ini, kekuasaan Nabi menjadi sempurna atas seluruh bagian kota madinah dan sekitarnya. Pada masa ini, Nabi mengirim sepuluh ekspedisi, baik ghazwah (ekspedisi militer yang di pimpim Nabi Saw). Maupun syariyah (ekspedisi militer yang di pimpim sahabat).

Fase kedua, yaitu mulai dari perang Badar sampai Perang Khandaq berakhir (17 Ramadhan 2H/13 Maret 624 M-Dzulqa’dah 5H/April 627 M). Pada fase ini, madinah menetapkan kekuasaannya atas seluruh tanah Hijraz (kecuali Mekkah dan Thaif). Pada masa ini pula kelompok-kelompok besar Yahudi di Madinah yang berkhiyanat terusir atau dihukum berat, sehingga Negara Madinah menjadi kekuatan politik dan militer terbesar di Hijaz dan sekitar Najd.

Fase ketiga, yaitu mulai Muharam 6H sampai jumadilakhir 6H (Juni 627 M-November 628 M). Pada fase ini Negara Madinah berhasil menggabungkan seluruh daerah di perbatasan Najd dengan Madinah. Ini berarti menambah wilayah islam seluas 40mil persegi di sebelah timur, yangmembuka jalan untuk peluasan wilayah kekuasaan lebih lanjut ke arah Najd sehingga Quraisy Mekkah menjadi terkepung.

Fase keempat, yaitu mulai ekspedisi ke Hasma sampai dilaksanakannya ‘Umrah Al-Qadha(‘umrah setahun setelah perjanjian Hudaibiyah), (Jumadilakhir 6H/November 628 M-Dzulqadah7H/Maret 629M). pada fase ini ekspedisi Islam mengarah ke utara Madinah, mencapai Wadi Al-Qura dan Daumat al-Jandal, sehingga umat Islam dapat menguasai Khaibar, Fadak, dan Wadi Al-Quran.

Fase kelima, yaitu dari Dzulhijah 7H sampai penaklukan Thaif,DzulQadah 8H(April 629 M-Februari 630 M). Peristiwa penting yang termasuk dalam fase ini adalah penaklukan kota Mekkah. Sebelumnya Nabi sudah memusatkan perhatiannya kepada kabilah-kabilah Bali, Judzam, Bahra’.

Menurut Ahmad Faridh, bahwa khauf adalah cambuk yang digunakan Allah SWT untuk menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal supaya dengan keduanya itu mereka dapat dekat dengan Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati karena mmbayangkan sesuatu yang ditakuti, yang akan menimpa diri di masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.
Kondisi Masyarakat Sepeninggal Rasulullah SAW

Dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW di madinah pada tahun 11 hijriah (632 M), ummat muslim dihadapkan kepada suatu krisis konstitusional. Rasul tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk sebuah majelis untuk masalah tersebut. Sejumlah suku melepaskan diri dari kekuasaan madinah dan menolak memberi penghormatan kepada khalifah yang baru, bahkan menolak pemerintahannya. Sebagian dari mereka bahkan menolak islam. Ada golongan telah murtad, ada yang mengaku dirinya sebagai nabi dan mendapat pengikut (pendukung) yang tidak sedikit jumlahnya. Ada juga golongan yang tidak mau lagi membayar zakat karena mengira zakat sebagai upeti kepada Nabi Muhammad SAW. Yang masih tetap patuh kepada agama islam adalah penduduk Mekkah, Madinah dan Thaif. mereka tetap memenuhi kewajiban dan mau mengorbankan apa yang mereka miliki untuk mengembalikan kejayaan islam.
Sistem Pemilihan Khalifah

Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah SAW adalah siapakah yang menjadi penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahannya, karena Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Tetapi setelah beliau telah mengajarkan suatu prinsip, yaitu musyawarah, sesuai dengan ajaran islam itu sendiri. Prinsip tersebut telah dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam setiap pergantian pimpinan dari empat khalifah periode khulafa’ al-rasyidun, meski dengan versi yang beragam.

Abu Bakar As-Siddiq

Abu Bakar mengaku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di muktamar tsaqifah bani sa’id, memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia moderen ini. Kaum anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Sa’ad bin Ubadah. Kaum mujahirin menekankan pada persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah bin Jarrah. Sementara itu dari ahlul bait menginginkan Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah atas kedudukannya dalam islam, juga sebagai menantu karib Nabi. hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah. Rupanya,semangat keagamaan Abu bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam,sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.



Umar Bin Khatab

Umar bin Khatab menjadi pemimpin negara, setelah Abu Bakar, selama sepuluh tahun. Beliau di angkat dan dipilih para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pilihan itu sudah dimintakan pendapat dan persetujuan pada saat mereka menengok Abu Bakar waktu sakit. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat,ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat,kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera membaiat Umar.

Ustman Bin Affan

Ustman bin Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh khalifah Umar saat menjelang ajalnya karena pembunuhan. Umar dibunuh oleh seorang majusi, budak dari Persia bernama Abu Lu’lu’ah.Untuk menentukan penggantinya,Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar.Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada merika untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah Umar wafat,tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk pimpinan Negara di tengah-tengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman oleh kaum pemberontak.Khalifah Ali dipilih dan diangkat oleh jamaah kaum muslimin di madinah dalam suasana yang sangat kacau,dengan pertimbangan jika Khalifah tidak segera dipilih dan diangkat,maka keadaan akan semakin bertambah kacau,meskipun ada golongan yang tidak menyukai Ali,tetapi tidak ada seorang yang ingin diangkat menjadi Khalifah karena Ali masih ada.

Perkembangan peradaban Islam pada masa Bani Umayyah

Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah. Muawiyah dapat menduduki kursi kekuasaan dengan berbagai cara,siasat, dan tipu muslihat yang licik, bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil pilihan umat islam.

Dengan demikian, berdirinya dinasti ini bukan berdasarkan hukum musyawarah. Dinasti Bani Umayyah berdiri selama kurang lebih 90 tahun (40-132H/661750M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti Umayyah sangat bersifat Arab Orientalis, artinya dalam segala hal dan segala bidang para pejabatnya berasal dari keturunan Arab murni, begitu pula dengan corak peradaban yang dihasilkan pada masa dinasti ini.

Pada masa pemerintahan dinasti ini banyak kemajuan, perkembangan, dan perluasan daerah yang dicapai, terlebih pada masa pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik (86-96H/705-715M). Pada masa awal pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha memperluas wilayah kekuasaan ke berbagai daerah, seperti ke India dengan mengutus Mhallab bin Abu Sufyan, dan usaha perluasan ke Barat ke daerah Byzantium dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah. Selain itu juga diadakan perluasan wilayah ke Afrika Utara. Juga mengarahkan kekuatannya untuk merebut pusat-pusat kekuasaan diluar jazirah Arab, antara lain kota Konstantinopel. Adapun alasan Muawiyah bin Abi Sufyan untuk terus berusaha Byzantium. Pertama, Byzantium merupakan basis kekuatan Agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan kedaerah Islam. Ketiga, termasuk wilayah yang mempunyai kekayaan yang melimpah.

Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah Agama yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam berbagai bidang kehidupan social, politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Andalusia pun memcapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.

Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai

Pertama, Bani Umayyah berhasil memperluas daerah kekuasaan Islam ke berbagai penjuru dunia, seperti Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afghanistan, Pakistan, Rukhmenia, Uzbekistan, dan Kirgis.

Kedua, Islam memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat luas, Sikap fanatik Arab sangat efektif dalam membangun bangsa Arab yang besar sekaligus menjadi kaum muslimin atau bangsa Islam Setelah pada saat itu bangsa Arab merupakan prototipikal dari bangsa Islam sendiri.

Ketiga, telah berkembang ilmu pengetahuan secara tersendiri dengan masing-masing tokoh spesialisnya. Antara lain, dalam ilmu Qiro’at (7 qiro’at) yang terkenal yaitu: Ibnu katsir (120H), Ashim (127H), dan Ibnu Amr (118H).

Ilmu Tafsi tokohnya ialah Ibnu Abbas (68H) dan muridnya Mujahid yang pertama kali menghimpun Tafsir dalam sebuah suhuf, Ilmu Hadits dikumpulkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri atas perintah Umar bin Abdul Aziz, tokohnya ialah Hasan Al-Basri (110H), Sa’id bin Musayyad, Rabi’ah Ar-Ra’iy guru dari Imam Malik, Ibnu Abi Malikah, Sya’bi Abu Amir bin Syurahbil. Kemudian ilmu Kimia dan Kedokteran, Ilmu Sejarah, Ilmu Nahwu, dan sebagainya.

Keempat, perkembangan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya.

Perkembangan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.

Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far al-Manshur (754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.

Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah, digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium.

Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M).

Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :

1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.

5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

Kemajuan Dinati Bani Abbasyiah

Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggaraan pemerintahan yang bersangkutan.

Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Bidang Politik

Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syi’ah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.

Bidang Ekonomi

Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.

Bidang Sosial

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya

ISLAM ABAD PERTENGAHAN (1250-1800 M)

PENGERTIAN
Sejarah perkembangan peradaban Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: priode klasik (650 -1250 M), priode pertengahan (1250 – 1800 M) dan priode modern (1800 – sekarang).Yang dimaksud abad pertengahan ialah tahapan sejarah umat Islam yang diawali sejak tahun-tahun terakhir keruntuhan Daulah Abbasiyah (1250 M ) sampai timbulnya benih-benih kebangkitan atau pembaharuan Islam yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 1800 M.Priode pertengahan ini juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu masa kemunduran I (1250 – 1500 M) dan masa tiga kerajaan besar (1500 – 1800 M).B.
MASA KEMUNDURAN I (1250 -1500 M.)

1. Dinasti Jengiskhan
Disebut masa kemunduran karena masa-masa ini dunia Islam dalam proses penghancuran oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengiskan dan keturunannya serta Timur Lenk yang juga masih keturunan bangsa Mongol.Bangsa Mongol ini berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan dan Manchuria barat serta Turkistan timur. Mereka mempunyai watak yang kasar, suka berperang dan berani menghadapi maut untuk mencapai keinginannya .Jengiskhan menganut agama Syamaniah, menyembah bintang-bintang dan sujud kepada Matahari yang sedang terbit. Raja-raja keturunannya yang masih menganut agama Syamaniyah ialah Hulagukhan sampai raja yang ke VI.Sedangkan mulai dari raja yang VII (Mahmud Ghazan) sampai raja-raja selanjutnya adalah pemeluk Islam. Dinasti Jengiskhan ini dikenal dengan dinasti Ilkhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Hulagukhan. Daerah-daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di barat dan India di timur.Kedatangannya ke dunia Islam diawali dengan ditaklukkannya wilayah-wilayah kerajaan Transoxania dan Khawarizm 1219 M; kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M, Azarbaizan pada tahun 1223 M. dan Saljuk di Asia kecil pada tahun 1243 M.Serangan ke Baghdad dilakukan oleh Hulagukhan pada tahun 1258 M. Saat itu Khalipah Al Mu’tashim menolak untuk menyerah. Akhirnya kota Baghdad dikepung. Tanggal 10 Pebruari 1258 benteng benteng kota ini dapat ditembus dan Baghdad dihancurkan. Khalipah dan keluarganya serta sebagian besar dari penduduk dibunuh dengan dipancung secara bergiliran. Beberapa dari anggota keluarga Bani Abbas dapat melarikan diri, dan diantaranya ada yang ke Mesir dan menetap di sana. Kota Bagdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongolia tersebut.Dari Bagdad pasukan Mongolia menyebrangi sungai Eufrat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai. Pada tahun 1260 M. mereka berhasil menduduki Nablus dan Gaza. Begitu pula daerah-daerah lain yang dilaluinya dapat ditaklukkan kecuali Mesir. Tentara Kerajaan Mamalik yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dapat memukul mundur pasukan Mongolia dalam sebuah pertempuran di ‘Ain Jalut tanggal 13 September 1260 M.Demikianlah kondisi dunia arab, terutama Baghdad dan sebagian besar derah-daerah kerajan Islam lainnya dikuasi oleh bangsa Mongolia selama kurang lebih 85 tahun dibawah perintah dinasti Ilkhan, yang tentunya kehadiran mereka lebih banyak membawa kehancuran dan kemunduran dunia Islam.Dari sekian banyak penguasa dinasti Ilkhan ada yang peduli terhadap pembangunan kembali peradaban yang telah diahncurkannya itu. Diantaranya adalah Mahmud Ghazan (683-703 /1295-1304), raja Ilkhan pertama yang beragama Islam. Dia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Ia amat menggemari kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam, seperti astronomi, kimia, mineralogy, Metalurogi dan botani. Ia membangun semacam biara untuk para darwis, perguruan tinggi untuk mazhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan , observatorium, dan gedung-gedung umum lainnya.Mahmud Ghazan diganti oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317 M) seorang penganut syi’ah yang ekstrim. Ia mendirikan kota raja Sulthaniyah dekat Zanjan. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M) pengganti Muhamad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan sepeninggal Abu Sa’id menjadi terpecah belah. Masing-masing pecahan saling memerangi . Akhirnya mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.

2. Dinasti Timur Lenk
Kedatangan Timur Lenk ke dunia Islam tidak kurang membawa kehancuran , bahkan ia lebih kejam daripada Jengiskan atrau Hulagukhan. Berbeda dengan Jengiskan atau Hulagukhan yang masih menganut kepercayaan Syamaniah, Timur Lenk ini sudah menganut agama “Islam.”Pada tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai penguasa tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : “Sebagaiamana hanya ada satu Tuhan di alam ini , maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.”Pada tahun 1381 M. ia menaklukkan Khurasan, terus ke Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya ia mengadakan pembantaian besar-besaran terhadap siapa saja yang menghalangi rencananya, misalnya di Afganistan ia membangun menara yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan batu dan tanah liat; Di Iran ia membangun menara dari 70000 kepala manusia yang sudah dipisahkan dari badannya; Di India ia membantai lebih dari 80000 tawanan; Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup.Pada tahun 1401 M. ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap ke luar. Banyak bangunan, seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanky dari Ayyubi dihancurkan. Hamah, Hom’s dan Ba’labaka berturut-turut jatuh ke tangannya. Demikian pula Damaskus dikuasainya, sehingga masjid Umayah yang bersejarah mengalami kerusakan berat. Setelah itu serangan diteruskan ke Baghdad, dan membantai 20000 penduduknya. Dari mayat-mayat tersebut ia membuat 120 menara sebagai tanda kemenangan.Timur lenk berambisi juga untuk menguasai kerajaan Usmani di Turki, karena kerajaan ini banyak menguasai daerah-daerah bekas imperium Jengiskan dan Hulagukhan. Pada tahun 1402 M. terjadi pertempuran yang sangat hebat di Ankara. Tentara Usmani mengalami kekalahan. Sultan Usmani (Bayazid I) sendiri tertawan dan mati dalam tawanan. Setelah itu Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia berencana mengadakan invasi ke Cina, Namun di tengah perjalanan ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya pada usia 71 tahun. Tepatnya tahun 1404 M. dan mayatnya di bawa ke samarkhand.Sekalipun Timur Lenk ini terkenal sangat ganas dan kejam, tetapi ia sempat memperhatikan pengembangan Islam. Konon ia penganut Syi’ah yang ta’at dan menyukai tarekat Naqsyabandiyah. Dalam setiap perjalanannya ia selalu mengikutsertakan para ulama, sastrawan dan seniman. Ia sangat menghormati para ulama. Ketika ia berusaha menaklukkan Syria utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sulthan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota Samarkhand diperkaya dengan bangunan-bangunan dan masdjid yang megah dan indah.

3. Kaum Mamluk di Mesir
Satu-satunya penguasa Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia (Hulagukhan) ialah tentara Mamalik yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dibawah pimpinan Sulthan Baybars (1260-1277) sebagai Sulthan yang terbesar dan termasyhur serta dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik di Mesir. Dinasti Mamalik berkuasa sejak tahun 1250 M. menggantikan dinasti Al Ayyubi dan berakhir tahun 1517 M. Karena dapat menghalau tentara Hulagukhan, Mesir terhindar dari penghancuran, sebagaimana dialami di dunia Islam lain yang ditaklukkan oleh Hulagu.Dinasti Mamalik ini mengalami kemajuan diberbagai bidang. Kemenangannya terhadap tentara Mongolia menjadi modal dasar untuk mengusai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa kecil menyatakan setia kepada dinasti ini. Dinasti ini juga dapat melumpuhkan tentara Salib di sepanjang laut tengah. Dalam bidang ekonomi, ia membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia, terutama setelah kejatuhan Baghdad oleh tentara Timur Lenk, membuat Kairo menjadi kota yang sangat penting yang menghubungkan jalur perdagangan antara Laut merah dan laut tengah dengan Eropah. Hasil pertanian juga meningkat.Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongolia. Karena itu ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran,astronomi,matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi, dan Ibnu Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din al –Tusi. Di bidang matematika Abu al Faraj al –‘Ibry. Dalam bidang kedokteran: Abu Hasan ‘Ali al-Nafis penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun’im al-Dimyathi seorang dokter hewan, dan al- Razi, perintis psykoterapi. Dalam bidang Opthalmologi dikenal nama Salah al-Din Ibnu Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibnu Taimiyah, seorang pemikir reformis dalam Islam, al Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Ilmu Hadits dan lain-lain. Demikain pula dalam bidan arsitektur. Mereka membangun bangunan-bangunan yang megah seperti sekolah-sekolah, masjid-masjid, rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.Kerajaan Mamalik ini berakhir tahun 1517 disebabkan banyaknya panguasa yang bermoral rendah, suka berfoya-foya dan ditambah dengan datangnya musim kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit. Dilain pihak munculnya kekuatan baru, yaitu kerajaan Turki Usmani yang kemudia dapat memenangkan perang melawan tentara Mamalik . Kemudian Mesir ini dijadikan salahsatu propinsi kerajaan Usmani di Turki.
4. Spanyol
Pada abad pertengahan ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M) yang merupakan kekuatan Islam terakhir di Spanyol seteleh kurang lebih 7 abad setengah lamanya menguasai wilayah ini. Kota-kota lain seperti Cordova telah jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1238 M, Sevilla lepas pada tahun 1248 dan akhirnya Granada juga jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M. Hal ini disebabkan karena terjadinya perpecahan diantara umat Islam terutama orang-orang Istana dalam memperebutkan kekuasaan. Dilain pihak umat Kristen berhasil mempersatukan diri. Abu Abdullah sebagai khalipah terakhir tidak mampu lagi membendung serangan-serangan keristen yang dipimpin oleh Ferdinand dan Isabella, dan akhirnya dia menyerahkan diri, dan dia sendiri hijrah ke Afrika utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam setelah itu, dihadapkan kepada dua pilihan, masuk keristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M. boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
Dunia Islam mengalami kehancuran setelah Khalipah Abbasiyah di Bghdad runtuh, dan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia.

C.MASA TIGA KERAJAAN BESAR (1500-1800 M)
1. Kerajaan Usmani
Pendiri kerajaan ini bernama UsmanI, seorang bangsa Turki dari kabilah Oghuz. Ia menyatakan diri sebagai Padisyah al Usmani (raja besar keluarga Usmani) pada tahun 699 H (1300 M). Tahun 1312 M ia menyerang kota Broessa di Bizantium yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaannya. Beberapa tahun kemudian Usmani dapat menaklukkan sebagian benua Eropah seperti Azmir (Smirna) tahun 1327, Thawasyanli tahun 1330, Uskandar tahun 1338, Ankara tahun 1354, dan Gallipoli tahun 1356.Pada masa Sultan Murad I (1359-1389) Usmani dapat menguasai Adrianopel yang kemudian dijadikan ibukotanya yang baru, kemudian ditaklukkan pula Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke eropah, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropah disiapkan untuk memukul mundur pasukan Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropah tersebut. Hanya sayang Sultan Bayazid I ini dapat dikalahkan oleh serangan tentara Timur Lenk dalam pertempuran di Ankara tahun 1402 dan dia sendiri ditawan musuh.Dengan ditawannya Bayazid I ini kerajaan Usmani mengalami kemunduran, sampai diselematkan kembali oleh putranya Muhammad, dan dilanjutkan oleh Murad II (1421-1451) lalu oleh Muhammad II (1451-1481) yang dikenal dengan muhammad Al Fatih . Pada masa kekuasaan Muhammad al Fatih ini, Byzantium dan Konstantinopel ditaklukkan (1453 M).Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa Sulaiman al Qanuni (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan Usmani mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugaslapia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropah. Untuk mengatur pemerintahan Negara disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al –Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar “al Qanuni.”Dalam pembangunan, Turki Usmani ini lebih mempokuskan kepada bidang politik , kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan daerah seperti di atas. Bidang Militer adalah terbentunhya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat. Bidang arsitek misanya banyak dibangun bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah sakit,villa, makam, jembatan dan masjid-masjid. Masjid-masjid dihiasi dengan kaligrafi yang indah, misalnya yang terkenal adalah masjid Jami sultan Muhammad Al Fatih, Masjid Agung sulaiman, Masjid Abi ayub Al Anshari dan Masjid Aya Sopia yang awalnya adalah bangunan gEreja.Dalam bidang keagamaan, perhatian sultan cukup besar. Patwa-patwa ulama sangat berperan dalam mengambil kebijakan Negara. Mufti adalah sebagai pejabat urusan agama tertinggi yang memberikan fatwa resmi terhadap problematika keagamaan dalam masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa jadi tidak berjalan.Selama kurang lebih 9 abad kerajan Usamani berdiri, tetapi kemudian hancur juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Budaya pungl
iSetiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengansogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut, sehinggamenyebabkan dekadensi moral dan kondisi para pejabat semakin rapuh.
b. Pemberontakan tentara JenissariKemajuan ekspansi kerajan Usmani adalah juga karena peranan yang besar dari tentara Jenissari. Maka dapat dibayangkan kalau tentara Jenissari itu sendiri akhirnya memberontak kepada pemerintah.
c. Kemorosotan ekonomiIni disebabkan perang yang berkepanjangan, menghabiskan uang dan perekonomian Negara merosot, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
d. Wilayah kekuasaan yang sangat luasTerlalu luasnya wilayah kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol.Dipihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehinga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.
e. Kelemahan penguasaSepeninggal Sulaimanal al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh Sultan–sultan yang lemah terutama dalam bidang kepemimpinan. Akhirnya pemerintahan menjadi kacau.
2. Kerajaan safawi di Persia
Cikal bakal kerajaan ini sebenarnya berasal dari perkumpulan pengajian tasauf tarekat safawiyah yang berpusat di kota Ardabil, Azerbaijan. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din, seorang keturunan imam Syi’ah yang ke enam, Musa al Kazhim. Kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Gerakan tarekat ini lama kelamaan berubah bentuk menjadi gerakan politik. Jama’ah atau murid-muridnya berubah menjadi tentara yang teratur dan panatik dalam kepercayaan serta menentang setiap orang yang bermazhab selain syi’ah.Kepemimpinan Sapawi silih berganti, dan semakin eksis sebagai gerakan politik yang didukung oleh pasukan tentara yang kuat yang diberi nama Qizilbash (baret merah) pada masa kepemimpinan Ismail (1501-1524 M). Dialah yang pertama kali memproklamirkan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi di kota Tabriz. Dalam waktu sepuluh tahun ia sudah dapat menguasai seluruh wilayah Persia dan bagian timur B ulan sabit subur (Fortile Crescent).Kerajaan Safawi mencapai puncak kemajuannya pada masa pemerintahan Abbas I . Pada masa pemerintahannya dapat menguasai beberpa daerah yang dikuasi Turki Usmani seperti Tabriz, Sirwan, dan Baghdad (1602 M). Kemudian tahun 1622 M dapat menguasai kepulauan Hurmuz, dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas, sehingga jalur perdagangan antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis dapat dikusainya.Kemajuan Sapawi bukan hanya bidang politik saja tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan, Pada masanya lahir beberapa ilmuwan antara lain Bahauddin al Syaeraji, generalis ilmu pengetahuan, Sadaruddin al Syaeroji, seorang filosof, dan Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad, seorang filosop, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan obesrvasi mengenai kehidupan lebah.Bidang fisik dan seni, para penguasa Safawi telah berhasil membangun Isfahan, Ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Dibangun pula mesjid-mesjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas zende Rud, dan istana Chihil Sutun. Unsur seni terlihat juga misalnya dalam bentuk kerajinan tangan seperti keramik, karpet, pakaian dan tenun, mode, tembikar dan lain-lain.Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642), Abbas II (1642-1667), Sulaiman (1667-1694), Husein (1694-1722), Tahmasp II (1722-1732), dan Abbas III (1733-1736). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi semakin lama semakin menurun yang pada akhirnya membawa kepada kehancurannya. Safi Mirza adalah seorang yang pencemburu dan kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Abbas II adalah raja yang suka mabuk minuman keras. Sulaiman selain pecandu narkotika juga menyenangi kehidupan malam beserta harem herem nya.Sedangkan Husein adalah seorang raja yang sangat diskriminatif, terlalu berpihak kepada kaum Syi’ah dan Kejam terhadap penganut Sunni.Itulah antara lain yang menjadi faktor keruntuhan Kerajaan safawi. Faktor lain adalah konplik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani, dekadensi moral dikalangan pembesar-pembesart kerajaan, dan juga konplik interen di kalangan mereka dalam rangka memperebutkan kekuasaan.
3. Kerajan Mughal di India
Kerajaan Mughal letaknya di India dan Delhi sebagai Ibukotanya. Berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), salahsatu dari cucu Timur Lenk. Ia bertekad ingin menguasai Samarkhan yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Maka pada tahun 1494 ia berhasil menaklukkannya berkat bantuan raja Ismail I, raja safawi. Pada tahun 1504 M ia juga dapat menaklukkan Kabul, ibukota Afganistan. Kerajaan-kerajaan Hindu di India juga dapat ditaklukkannya.Babur meningal pada tahun 1530 M. diagnti oleh anaknya Humayun.(1530-1556 M) dapat menggabungkan Malwa dan Gujarat ke daerah-daerah yang telah dikuasainya. Humayun meninggal karena terjatuh di tangga perpustakaannya (1556 M) , diganti oleh anaknya, Akbar.Akbar (1556-1606 M) dapat menaklukkan raja-raja India yang masih ada pada waktu itu, dan juga Bengal. Dalam soal agama, Akbar mempunyai pendapat yang libral dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Ilahi. Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (toleransi Universal) , sehingg semua rakyat dipandangnya sama, tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Sultan-sultan yang besar setelah Akbar antara lain Jehangir (1605-1627 M) dengan permaisurinya Nur Jehan, Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1659-1707 M). Sesudah Aurangzeb adalah Sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan MughalBeberapa kemajuan kerajaan Mughal antara lain dalam bidang pertanian, yaitu berupa biji-bijian, padi, kacang, tebu, sayuran, rempah-rempah, tembakau, kapas, nila dan bahan-bahan celupan.Hasil karya seni kerajaan Mughal yang masih dapat dinikmati sampai saat ini adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan misalnya bangunan Masjid berlapiskan mutiara, dan Tajmahal di Agra, Mesjid Raya Delhi dan Istana indah di Lahore.Selain kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Mughal, ada beberapa faktor kelemahannya yang menyebabkan kehancurannya pada tahun1858 antara lain:
a. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kemiliteran sehingga tidak bisa memantaugerak langkah tentara Inggris di wilayah-wilayah pantai. Begitu pula kekuatanpasukan daratnya semakin kurang handal, teruatama dalam mengoperasikapersenjataan buatannya sendiri.
b. Dekadensi moral dan hidup mewah di kalangan pembesar kerajaan yangmengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang.
c. Terlampau kasarnya sikap Aurangzeb dalam melaksanakan ide-idenya yangmenyebabkan terjadinya konplik antara agama, misalnya aliran Syikh, Syi’ahdan sunni.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir kekuasaan Mughal adalahorang-orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan