Minggu, 09 Maret 2014

9 KUNCI SUKSES DUNIA AKHIRAT

Pertanyaan mendasar adalah, mengapa Allah memerintahkan kita membacanya setiap Sholat? bahkan, sholaat tidak sah tanpa dibacakan surat Alfatihah... Ini adalah salah satu kemungkinan jawabannya.

Apabila bicara sukses dunia pasti orang berfikir banyak harta, pekerjaan bagus, jodoh yang bagus dan hal-hal penuh kebagusan lainnya dalam hidup kita. Sebagai umat Islam yang setiap lima waktu melakukan sholat, dan dalam sholat itu 17 rakaat dilakukan, semuanya membaca surat Al Fatihah. pertanyaannya sekarang adalah, kenapa kita disuruh membaca surat Al Fatihah setiap rakaat kita sholat?



Percayalah, ini adalah satu-satunya jawabannya. mulai saat ini, ubahlah posisi duduk anda, katakan pada diri anda bahwa anda akan melanjutkan membaca artikel ini sampai habis. katakanlah pada diri anda sendiri bahwa ANDA INGIN BERUBAH DAN ANDA MAU BERUBAH !!!


1. Bismillahirrahmanirrahim
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Pada ayat pertama ini, Allah memperkenalkan diriNYA, memberitahukan kepada seluruh alam semesta nama resmi dan sifat yang dimilikinya. Kalau pada kitab-kitab sebelum Al Quran terdapat nama YHWH, Elohim, Huwa dan Bapa’, maka dalam kitab yang terakhir ini – Al Qur’an – Allah menegaskan lagi bahwa namanya yang dengannya Tuhan pemilik alam semesta ini ingin di kenal adalah Allah.

Kalau dalam pengetahuan yang primitif orang mengenal Tuhan sebagai sosok yang menyeramkan, berbadan besar dengan mata yang melotot keluar dan taring yang panjang lagi tajam yang harus diberi sajen supaya tidak marah, maka pada ayat pertama ini, Allah memperkenalkan dirinya dengan sifatNYA yang sama sekali jauh dari apa yang mereka kira selama kehidupan primitif itu yaitu Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Hal ini merupakan pernyataan resmi Tuhan semesta alam untuk membantah semua faham dan pengertian tentang Tuhan Pemilik Jagad raya. Jadi dengan ayat ini seolah Allah mengatakan kepada seluruh alam semesta bahwa “ini loh Aku, namaku Allah dan aku Maha Pengasih dan Maha penyayang”.

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG PERTAMA ADALAH MENGENAL ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG

Mengenal Allah adalah salah satu kunci sukses, sebab dengan mengenal Allah manusia menjadi tahu dan – mudah-mudahan – akan selalu ingat bahwa walaupun bagaimana dirinya sebagai manusia berusaha, tetapi hasil akhir ada ditangan Allah. Dengan demikian manusia menjadi tidak sombong apabila berhasil karena keberhasilannya adalah hasil campuran antara ikhtiar – usaha –nya dan bantuan dari langit berupa ketentuan. Pun apabila dia gagal, dia tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri, karena sadar bahwa kegagalannya bukan karena usahanya kurang bagus, tetapi ada penentu segala penentuan, yaitu Allah.

Mengenal Allah akan membuat manusia berakhlak mulia, karena sadar bahwa Allah maha melihat dan maha mengawasi. Dengan mengenal Allah, manusia akan ingat bahwa dirinya harus terus menerus berbuat kebaikan dan menjadi manfaat buat manusia lain yang nota bene adalah sama-sama hamba Tuhan.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”

Mengenal Allah lebih jauh menjadikan manusia hanya berharap kepadaNya, bukan kepada yang lain. Menggantungkan hidupnya pada Allah, memasrahkan hidup dan seluruh sendi kehidupannya pada peraturan dan agama Allah.

Nabi Muhammad saw selaku rasul pilihan diutus ke dunia ini adalah dengan misi, memperkenalkan Allah yang maha pengasih, maha penyayang kepada seluruh manusia. Ia mengajarkan untuk membaguskan Akhlak, baik akhlak kepada manusia lainnya, akhlak kepada lingkungan dan yang terpenting adalah akhlak kepada Allah. Dengan pengenalan yang baik kepada Allah, manusia telah berusaha mengikuti tauladan rasulullah saw berakhlak mulia kepada Allah.

Mengenal siapa Allah bagi manusia berarti bahwa manusia itu telah menapaki salah satu jalan menuju kesuksesan Dunia dan Akhirat. Itulah yang oleh kalangan sufi dinamakan ‘makrifatullah.’


2. Alhamdulillahirobbil ‘Alamin
Segala Puji Bagi Allah Tuhan semesta alam

Segala Puji hanya untuk Allah, segala bentuk pujian baik pujian atas nikmat dan karunianya berupa kesehatan maupun pujian karena nikmat dan karunianya berupa kehidupan. Pokoknya segala bentuk pujian, baik puji kecil maupun puji besar.
Pada ayat yang ke dua ini Allah menyuruh kita – sebagai makhluk yang berakal – untuk memuji Dia. Kenapa kita harus memuji Dia ? Karena kalau kita lihat lebih dalam dengan perenungan yang bersih kita akan menemukan bahwasanya alam semesta ini, yang berjalan teratur dari hari ke hari, bulan ke tahun bahkan detik ke menit, berjalan dengan sistemnya yang secara scient – ilmu pengetahuan – dapat diterangkan dengan baik tanpa keragu-raguan.

Pertanyaan yang baik dilontarkan pada waktu merenung itu adalah, siapa yang telah menciptakan ini semua ? siapa yang menjalankan sistem ini, yang begitu konsisten dan teratur tanpa ada satupun kesalahan di dalamnya? Dia lah Allah.
Kita harus memujiNYAkarena Dialah yang telah menciptakan diri kita dan alam lingkungan kita. Segala sesuatu selain dia adalah ciptaannya, segala sesuatu selain Dia adalah makhluk, yang diciptakan.

Manusia, Jin, Malaikat, Hewan , Tumbuhan, matahari, bulan, bintang dan planet-planet di tata surya, semuanya adalah makhluk ciptaan Allah. Sampai saat ini belum ada satu orang pun yang mengklaim bahwa seluruh jagad raya ini adalah ciptaannya. Hanya Allah saja yang berani mengatakan bahwasanya Allah yang telah menciptakan Alam semesta ini.

Kalau kita mau merenungkannya, sebenarnya alam semesta yang kita lihat dan rasakan setiap hari ini, tidak berguna buat kita jika kita tidak dihidupkan, diciptakan dengan dilengkapi indera-indera untuk melihat, mendengar, merasa dan lainnya. Coba kita bayangkan, apa jadinya bunga-bunga yang beraneka warna nan indah tanpa mata kita untuk melihat? Apa jadinya suara angin berdesir menerpa dedaunan ditingkahi suara burung-burung berkicau tanpa telinga kita untuk mendengar? Apa jadinya beraneka buah-buahan dan daging hewan yang lezat tanpa lidah kita untuk merasa?
Subhanallah, Maha suci Allah yang telah menciptakan manusia dengan sempurna,

“Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Coba kita renungkan kejadian diri kita. Salah satu contoh adalah pada saaat kita bayi. Waktu bayi kita tidak punya apa-apa, masih lemah. Allah menjadikan kasih sayang pada seorang ibu dan ayah yang bersedia bersusah payah merawat kita. Bayangkan derita yang ditanggung oleh ibu kita saat mengandung kita. Sembilan bulan sepuluh hari, beliau mengandung kita, membawa-bawa kita dalam setiap aktifitasnya. Bayangkan derita dan beban yang dipikulnya. Tapi beliau rela melakukan itu karena sifat kasih sayang yang ditanamkan Allah ke dalam sanubari ibu kita. Maha suci Allah yang telah menciptakan kasih sayang dengan rahmatnya.

Setelah dewasa, kita mulai mengerti. Indera penglihatan dan pendengaran kita menjadi baik. Kita mengenal warna-warni dan kita mendengar banyak sekali suara. Kemudian kita perhatikan cara kerja mata, telinga, kulit, lidah dan otak. Suatu keajaiban, bukan? Sampai saat ini, belum ada manusia yang mampu menciptakan robot yang mempunyai rasa dan perasaan seperti layaknya manusia. Tapi kita? Kita diciptakan dengan sempurna dan itu semua gratis dari Allah sebagai bentuk kasih sayangNya kepada kita.

Pada ayat yang ke dua ini seolah-olah Allah berkata, “Hai manusia, pujilah aku, karena aku telah menciptakan kamu dan lingkungan tempat kamu tinggal.”

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE DUA ADALAH MENGENAL DIRI DAN LINGKUNGAN

Mengenal diri berarti memahami diri sendiri. Apa kebaikan kita, bakat yang kita punya, apa yang bisa kita lakukan dengan tubuh dan otak kita. Mengenal diri juga berarti memahami keterbatasan kita, kekurangan kita yang harus kita perbaiki dari hari ke hari. Mengenal diri berarti memahami sejauh mana kredibilitas kita mesti kita bangun untuk menghadapi tantangan kehidupan di depan kita.

Mengenal diri dan lingkungan berarti juga menjaga komunikasi, akhlak dan perilaku kita dimata masyarakat tempat kita hidup. Dalam pengenalan diri ini tercakup beberapa hal yang sangat dibutuhkan kita sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Diantaranya adalah kredibilitas, kepercayaan – trust, dan skill – kemampuan – untuk melakukan sesuatu.

Salah satu konsekwensi dari memeluk agama Islam adalah, pertama harus mengakui bahwa Allah swt adalah Tuhan kita yang patut kita sembah, kalau Allah adalah Tuhan kita, maka dengan sendirinya Al Qur’an adalah kitab yang harus kita kuasai.

Yang ke dua sebagai umat Islam kita harus menjadikan Rasulullah, Muhammad saw, sebagai teladan kehidupan kita. Kalau kita baca Al Qur’an, maka kita akan tahu bahwa sejak usia dini Allah telah memberitahukan kepada kita sifat-sifat manusia yang rata-rata manusia memilikinya yaitu sifat menentang, keras kepala dan kufur nikmat. Itu adalah pemberitahuan Allah, bahwa yang namanya manusia itu bukan baru sekarang saja keras kepala, menentang dan kufur nikmat. Tapi sejak zaman Adam sampai nanti kiamat tiba, yang namanya manusia ya, begitu itu. Makanya, kita diharuskan meniru perilaku Rasulullah saw, perilaku yang luhur. Bahkan menurut salah satu istrinya – Aisyah – perilaku Rasulullah adalah sesuai dengan Al Qur’an.

Dan apabila kita mengkaji kehidupan Rasulullah, maka kita akan mendapati bahwa manusia yang paling mengenal dirinya sendiri adalah Rasulullah dan para sahabatnya. Bayangkan prestasi yang mereka capai. Tidak sampai tiga ratus tahun sejak di kumandangkannya azan pertama di kota suci makkah, kekuasaan umat Islam sudah terbentang luas ke barat dan ke timur. Itulah efek dari mengenal diri dan lingkungan, mengenal Allah dan menuruti hukum-hukumnya.

Manusia yang mengenal dirinya tidak akan mudah terombang ambing oleh kejamnya zaman. Dia tidak akan mudah terbawa arus dalam pergaulan. Dan yang terpenting, orang yang mengenal dirinya adalah orang yang tahu batasan-batasan kesanggupan dirinya dan tahu apa-apa saja yang mampu dilakukannya.

“Kenalilah dirimu, niscaya engkau akan mengenal Tuhanmu”

Manusia yang mengenal dirinya adalah manusia yang mau belajar, mau menerima masukan dan mau bersikap toleran. Bukankah kita hidup dibawah langit yang sama, kita berjalan dibawah awan yang sama, jadi buat apa memperbesar perbedaan seolah itu adalah sesuatu yang harus dipertentangkan. Selama nilai-nilai kemanusiaan dijunjung tinggi, maka selama itu pula kita akan hidup tenteram dan damai sebagai bentuk dari kecintaan terhadap kemanusiaan.

“Sesungguhnya kamu diciptakan bersuku-suku berbangsa-bangsa supaya saling mengenal.”

Supaya saling memahami, saling berbagi, saling belajar, saling berusaha menolong dan yang terpenting adalah saling bermanfaat untuk sesama. Bukankah perbedaan itu indah? Bukankah bunga akan semakin indah jika dia beraneka ragam dan berwarna-warni? Bukankah dalam pengertian yang lebih luas terdapat upaya Allah untuk membaurkan suku-suku dan bangsa-bangsa tadi dalam medan bisnis, supaya ada ‘link’, ‘channel’, supaya ada koneksi?

Manusia yang mengenal dirinya dan lingkungannya adalah manusia yang sudah melangkah mendekaati kesuksesan Dunia dan Akhirat.


3. Arrahmaanirrahiim
Maha Pengasih Maha Penyayang

Pada ayat yang ke tiga ini Allah mengulang kembali pernyataan tentang sifat dan namaNya, Maha pengasih dan Maha penyayang. Mengapa dalam tujuh ayat surat Al Fatihah ini Allah lebih mementingkan untuk mengulang kalimat Arrahmaanirrahiim yang sudah dinyatakan di ayat pertama – bismillahirrahmanirrahim ?
Allah ingin menegaskan kepada kita semua sifat kasih sayangNya kepada manusia. Ar Rahman adalah salah satu namaNYA juga yang berarti Maha Pengasih. Tak ada yang lebih kasih dari pada yang Maha Pengasih. Ar Rahim juga sebuah namaNYA yang berarti Maha Penyayang. Dari nama inilah – Ar Rahim – diambil kata silaturrahmi, yang berarti saling berbalas berkasih sayang.

Ada sebagian ulama dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa sifat Allah Ar Rahman – Maha pengasih – ditujukan untuk semua makhluknya di alam semesta ini sedangkan Ar Rahim – Maha Penyayang – hanya di khususkan bagi orang Mukmin di Akhirat nanti. Wallahu a’lam.

Terlepas dari penafsiran itu, tentu kita akan bertanya, Apa buktinya kalau Allah Maha pengasih dan Maha penyayang bagi kita ? Sebagai Pencipta manusia, Allah tidak lantas membiarkan manusia menjalani kehidupan dunia ini tanpa ada bimbingan.
Allah yang memberikan kehidupan ini kepada seluruh makhluk juga memberikan bimbingan – berupa petunjuk – untuk seluruh makhlukNya itu menjalani hidup dan kehidupan ini. Itulah Al Qur’an al karim. Itulah teori untuk menjalani kehidupan supaya seluruh makhluknya sukses mengemban misinya masing-masing di dunia yang penuh liku-liku ini. Seperti anda jika memberli barang elektronik, hanphone misalnya. Tentu anda tidak mau jika anda hanya menerima perangkat kerasnya saja tanpa disertai manual book – buku petunjuk pemakaiannya. Begitu juga dengan manusia, diberikannya Al Qur’an sebagai ‘manual book’ bagi manusia untuk menjalani hidup di dunia ini. Itulah bukti bahwa Allah Maha Pengasih terhadap seluruh makhlukNya.

Tapi Allah tidak hanya Maha Pengasih saja, Dia juga Maha Penyayang sehingga bukan hanya Teori untuk menjalani kehidupan dunia ini saja yang diberikan , tapi juga diberikan bukti secara praktek. Kalau ada orang memberikan teori tentang sesuatu hal kepada orang lain, itu sudah biasa, tapi kalau orang itu memberikan teori disertakan dengan prakteknya, itu baru luar biasa. Itulah yang dilakukan oleh Allah Swt.
Saking sayangnya Allah dengan makhluk yang namanya manusia, diturunkanlah seorang rasul yang menjalani – mempraktekan - semua hal yang tercantum di dalam Al Quran – yang merupakan teori untuk menjalani kehidupan ini – secara murni dan konsekuen.
Dalam ayat ke tiga ini Allah seolah-olah berkata, “inilah bukti bahwa Aku sayang kepada kalian. Aku ciptakan aturan berupa petun juk untuk menjalani kehidupan di dunia ini, aku tidak memberikan teori saja, tapi juga aku berikan contoh hidup. Dia lah rasulku, dalam tempo 23 tahun, dia sudah bisa membangun kerajaan Islam yang terpatri di hati sahabat-sahabatnya yang luasnya dibarat dan ditimur. Jadi Apabila kalian mengikuti petunjuk secara teori dan mengikuti juga petunjuk secara praktek, pasti kamu akan sukses dunia akhirat seperti Rasul kesayanganKU Muhammad saw.”

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE TIGA ADALAH MENGETAHUI SARANA DAN PRASARANA UNTUK SUKSES YAITU AL QURAN DAN HADIST

Dalam Alqur’an terdapat pokok-pokok petunjuk untuk sukses. Sedang penjabarannya adalah dalam praktek yang dilakukan Rasulullah saw yang diejawantahkan ke dalam hadist.

Bukankah dalam Islam diajarkan bahwa menuntut ilmu itu ibadah? Bukankah dalam Islam juga diajarkan bahwa senyum itu ibadah? Itulah petunjuk jalan menuju kesuksesan Dunia dan Akhirat.

“Aku tinggalkan dua hal, apabila engkau berpegang kepada keduanya maka engkau akan selamat dunia dan akhirat. Yaitu al Qur’an dan Hadist.”

Tidak ada satu hal pun yang menyangkut kehidupan manusia serta sendi-sendinya yang tidak diterangkan di dalam Al Qur’an dan Hadist. Mulai dari peraturan dan tata cara sholat sampai peraturan dan tata cara buang air, semuanya tersaji lengkap untuk di ikuti, di praktekan sebagai langkah menuju kesuksesan Dunia dan Akhirat.

4. Maalikiyaumiddin
Rajanya hari pembalasan

Pada ayat ke empat ini, Kita seperti di sadarkan. Betapapun lama hidup ini berlangsung, betapapun uniknya kehidupan ini, pasti bermuara pada satu tujuan. Akhirat. Pasti berakhir dengan suatu ketetapan yaitu kematian. Allah menegaskan kepada manusia, Dialah Raja di raja pada hari pembalasan. Berbuat baiklah semaumu, hai manusia, karena engkau pasti akan di balas. Ada hari yang ditunggu-tunggu, hari pembalasan. Allah lah Raja pada hari itu.

Pada ayat ini Allah seperti mengingatkan kita, “Hai manusia, Engkau aku ciptakan dari sulbi perempuan dan mani laki-laki dengan tujuan beribadah kepadaku. Ingatlah Tujuan hidupmu yang utama adalah akhirat. Berapapun lamanya kamu hidup, kamu akan mati juga, dan kalau kamu mati, maka engkau akan dikembalikan kepadaku untuk aku balas segala perbuatanmu di dunia. Jadi beramallah dengan amal yang baik seupaya engkau mendapatkan balasan yang baik pula.”

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE EMPAT ADALAH MENGETAHUI TUJUAN PENCIPTAAN

Mengetahui tujuan penciptaan adalah langkah menuju sukses Dunia dan Akhirat. Orang yang mengetahui tujuan penciptaan, maka dia akan berfikir seribu kali jika ingin melakukan perbuatan tercela. Seperti tukang kayu yang sedang membangun rumah, kalau dia mengetahui tujuannya membangun rumah tentu akan dikerjakannya dengan sepenuh hati dan sepenuh kemampuan yang dia punya.

“Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaKU.”
Manusia yang mengetahui tujuan penciptaannya pasti menjalani hidup yang seimbang antara keperluan Dunia dengan keperluan Akhirat, karena bagaimanapun dia berbuat dia mengetahui suatu saat dia akan mati, meninggalkan dunia yang fana ini menuju dunia yang kekal, akhirat.

Allah sebagai khalik menciptakan manusia dengan tujuan menjadi Khalifah di dunia ini. Khalifah adalah wakil Allah, jadi manusia adalah wakil Allah di Bumi ini, kalau di dalam suatu bangsa, maka Khalifahnya adalah Raja, Ratu atau presiden. Di dalam suatu masyarakat propinsi, khalifahnya adalah gubernur, sedang dalam rumah tangga, khalifahnya adalah ayah atau bapak sebagai kepala rumah tangga. Tiap-tiap diri sendiri, adalah Khalifah bagi dirinya sendiri.

“Tiap kamu adalah pemimpin. Dan tiap pemimpin pasti akan di tanya mengenai apa yang dipimpinnya.”

Orang yang mengetahui tujuan penciptaan, pasti tidak akan menyia-nyiakan dirinya dengan menganggur tiada upaya. Karena pengangguran adalah bukti kejumudan – ke apatisan – dan kehidupan ditandai dengan pergerakan. Bergerak berarti hidup sedang diam berarti mati. Kesedihan yang mendalam adalah bagi orang-orang yang mati dalam hidupnya, mati hatinya dari mengenal Allah, mati hatinya dari mengenal diri sendiri, dan mati hatinya dari mengetahui tujuan dia hidup.

Orang yang tidak mengerti tujuan penciptaannya maka dirinya pasti berasa hampa, kosong. Mengerjakan sesuatu tapi hatinya tetap berasa ada yang kurang, berasa sendiri. Kenapa demikian? Sebab dalam hati kita ada yang disebut ruh ilahiah, ialah ruh yang ditiupkan Allah yang selalu menanyakan beberapa pertanyaan dasar seperti apa tujuan hidup kita? Kenapa kita diciptakan? Siapa yang telah menciptakan kita? Pertanyaan-pertanyaan itu membutuhkan jawaban. Dan jawaban yang pasti adalah makanan spiritual untuk menentramkan hati kita. Dialah tunduk dan pasrah terhadap agama Allah, satu-satunya agama yang benar.

Manusia-manusia yang mengetahui tujuan penciptaan pasti menghargai waktu, karena dia tahu waktunya hidup di dunia ini sangat terbatas. Kematian bisa datang tanpa diundang. Dia sadar betul bahwa semua waktunya harus digunakan untuk kemanfaatan baik untuk diri sendiri, untuk keluarga dan untuk orang lain. Manusia yang tahu tujuan penciptaan akan bergerak seolah-olah waktu memburunya karena dia sadar, waktunya sangat terbatas sedang amal ibadahnya masih sangat sedikit.
Jadi, mengetahui tujuan penciptaan adalah salah satu langkah menuju kesuksesan itu sendiri.

5. Iyya kana’budu wa iyya kanasta’in
Hanya kepada Engakaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan

Pada ayat ke lima ini, Allah memberi tahukan kepada manusia bahwa konsep penyembahan yang di terima di sisiNya adalah konsep Laa ilaha Ilallah Muhammadarrasulullah. Aku menyatakan bahwa Tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah dan aku menyatakan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, hanya utusan, bukan Tuhan yang layak disembah. Hanya manusia biasa yang menjadi utusanNYA. Dia sama seperti rasul-rasul yang lain, hanya saja dia – Muhammad saw – mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki Rasul dan Nabi yang lain. Itulah konsep ibadah yang benar bukan yang lain.
Ibadah adalah segala sesuatu kegiatan yang baik menurut moral dan baik menurut al quran dan dicontohkan oleh Rasulullah yang diniatkan hanya untuk Allah. Ibadah menuntut keikhlasan dari si pelaksananya.

Ibadah dibagi dua, Ritual dan sosial, ada ibadah yang ritual, tapi bila dikaji secara specifik, maka ia juga – ibadah ritual itu – seringkali berupa ibadah yang bersifat sosial. Contohnya sholat, sangat ritual dan individual, tapi kalo dilakukan secara berjamaah di suatu masjid atau mosholla dia akan menjadi ibadah sosial juga.
Ibadah ritual hanya sedikit, sholat, puasa, zikir, Haji, menjaga wudhu. Tapi ibadah sosial bisa banyak sekali jenisnya. Senyum adalah ibadah, menggauli anak dan istri dengan baik, juga ibadah. Menyingkirkan duri dari jalanan orang muslim juga ibadah, memberi kebaikan kepada orang lain berupa makanan atau minuman juga ibadah, bahkan memberi minum kepada anjing yang kehausan juga merupakan ibadah.

Sedangkan konsep tolong menolong adalah konsep barokah. Segala sesuatu kalau tidak ada barokah-nya maka akan terbuang sia-sia. Jika anda mempunyai uang seribu dan dalam waktu dekat menghasilkan lima ribu lalu uang itu terpakai untuk sesuatu yang berguna, itu berarti penghasilan anda ada barokahnya karena digunakan sesuai kebutuhan, tapi kalau uang anda terbuang sia-sia hanya untuk sesuatu yang sebenarnya anda tidak perlu, apalagi kalau anda menyesal karenanya. Itu bisa dikatakan tidak ada barokah – berkah - dari Allah swt.

Allah telah berjanji kepada manusia, “Allah akan menolong seseorang selama orang itu menolong Agama Allah.” Janji Allah tak pernah ingkar hanya saja masalah waktunya tidak bisa dipastikan, karena berkah termasuk sesuatu yang gaib dan segala sesuatu yang gaib tidak bekerja menurut prinsip-prinsip yang realistis, faktual, nyata dan dapat diperhitungkan.

Sebenarnya hal itu mempermudah tugas kita. Yang perlu kita lakukan hanyalah berbuat baik setiap saat. Pasti Allah akan membalas perbuatan baik kita karena itu adalah janjiNYA.

Dalam ayat ini Allah seolah-olah berkata, “Aku menciptakan kamu dengan tugas beribadah dan saling tolong menolong antara sesamamu. Maka beribadahlah kamu dengan cara saling tolong menolong supaya kamu menjadi sesuatu yang besar, supaya kamu beruntung.”

Kalau dipikirkan secara jernih tanpa prasangka, sebenarnya indah sekali konsep tolong menolong yang di perintahkan Allah untuk kita lakukan. Segala kebaikan di ganjar sepuluh kali lipat dan dilipatkan lagi hingga tiga ratus hingga lima ratus tingkatan. Kalau kita melakukan kebaikan yang banyak maka ganjaran dari Allah akan melimpah dan memenuhi ladang pahala amal kita. Jadi perumpamaannya seperti sesuatu yang sedikit dilontarkan kemudian berbalik menjadi banyak dan berkumpul hingga meluap dan luapannya kembali ke tempat kita.

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE LIMA ADALAH MENGETAHUI KONSEP IBADAH DAN KONSEP TOLONG MENOLONG

Banyak sekali kaum kafir orientalis, maupun kafir liberalis yang sekuler, berusaha memisahkan antara agama dan kehidupan dunia. Kita sebagai umat Islam menyatakan menolak konsep pemisahan itu. Bagi kita, kehidupan adalah agama itu sendiri, kehidupan dunia adalah ladang untuk beramal menuju kehidupan akhirat. Tidak ada satupun dalam agama yang tidak memberi peraturan bagi kehidupan dunia.

Dalam bisnis moderen misalnya, telah berlaku aturan cara berbisnis yang syari’i. Bahkan Rasulullah adalah contoh pedagang – pebisnis – yang ulung. Terbukti ketika dirinya dijadikan duta dagang oleh sayidah Khadijah, tidak sampai sebulan Rasulullah telah pulang membawa keuntungan yang banyak.

Agama Islam adalah agama yang sempurna mengatur bisnis dan segala sendi kehidupan manusia. Jadi tidak ada pemisahan yang ini urusan agama dan yang itu urusan dunia. Dalam Islam, Agama harus menata kehidupan di dunia dan dunia harus sesuai dengan peraturan agama.

Penyesatan yang dilakukan oleh orientalis dan kaum kafir lainnya yang mengatas namakan dunia bahkan mengatasnamakan HAM telah berurat berakar dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Sehingga ada jargon dalam berpolitik ‘kalau berpolitik tidak usah membawa-bawa agama’. Kalau anda menemui orang yang berkata seperti itu katakanlah, “Kami umat Islam, segala kehidupan kami sudah di atur dalam agama, jadi tidak mungkin kami meninggalkan agama kami seperti anda meninggalkan agama anda dibelakang punggung anda.”

Dalam Islam apapun yang kita lakukan dan di niatkan untuk Allah, itu adalah ibadah. Melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya karena Allah, itu ibadah. Menghindari korupsi sebisa-bisanya karena Allah, itu pun ibadah. Tidak ada yang bernilai tidak ibadah, kecuali hal itu dilakukan bukan untuk Allah, untuk boss misalnya, itu bukan ibadah.

Ibadah seperti diterangkan di atas memiliki dimensi yang luas. Ada ibadah ritual, sholat, puasa, sedekah, haji. Dan ada juga ibadah sosial, yang ini banyak sekali jenisnya dan hampir ada di setiap sendi kehidupan kita.

Senyum kepada orang lain, itu ibadah. Mencegah orang lain berbuat jelek, itu ibadah. Memberi ilmu kepada siapa saja itu ibadah. Semua hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain diniatkan untuk mencari ridho Allah adalah ibadah.
Berbisnis dengan baik, itu juga ibadah. Mencari uang yang halal, itu juga ibadah bahkan hal itu adalah ibadah wajib yang diutamakan, mencari penghasilan yang halal.

“Barangsiapa tidak memperdulikan dari mana dia mendapatkan harta, maka Allah tidak memperdulikan dari pintu mana dia masuk neraka.”

Tolong menolong juga merupakan ibadah. Bahkan ajaibnya kalau ibadah lain dihitung pahalanya berdasarkan ke ikhlasan orang yang melakukan ibadah itu dan di balas nanti di akhirat, tolong menolong beda perhitungannya.

Anda boleh mencoba hal ini sebagai pengujian terhadap konsep tolong menolong ini. Percayalah kalau tolong menolong itu dibalas tunai, langsung di dunia ini. Artinya kita tidak akan mati sebelum perbuatan baik kita menolong orang lain di balas oleh Allah swt. Percayalah. Saya dan berjuta-juta orang mukmin lainnya sudah mencobanya.
“Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya.”

Memang kalau kita menolong orang lain tidak lantas kita mendapatkan apa yang kita mau saat itu juga, karena tolong menolong adalah sesuatu yang ghaib balasannya tidak bekerja berdasarkan hukum yang pasti dan dapat dihitung waktunya. Tapi barang siapa menolong orang lain, adalah suatu kepastian bahwa dirinya akan di tolong juga oleh Allah, hanya masalah waktunya dan dimananya itu kita tidak bisa memastikan. Tapi pasti Allah menolong kita. Itu adalah janji Allah dan janji Allah tidak pernah ingkar.

6. Ihdinashiraatalmustaqim
Tunjukilah kami jalan yang lurus

Dalam kehidupan dunia ini, yang terpenting adalah diberi petunjuk jalan yang lurus. Itulah cita – cita tertinggi manusia. Diberi jalan yang lurus. Untuk apa banyak uang, harta melimpah, tapi sesat, jauh dari jalan Allah? Untuk apa hidup senang di dunia tapi susah di akhirat? Untuk apa uang melimpah tapi jantung harus di ganti darah sebulan sekali? Diberi petunjuk jalan yang lurus, membuat hidup kita tenang bahagia dunia dan akhirat. Alangkah sesatnya orang yang jauh dari ajaran Allah.
Biasanya hambatan yang utama adalah melawan diri sendiri. Kemalasan merupakan penyakit yang diciptakan oleh diri sendiri. Itu harus dilawan oleh orang yang beriman. Tugas ibadah kita menuntut akhir yang baik maksudnya khusnul khotimah, akhir yang baik. Percuma kalau kita sudah bekerja keras di dunia, tanpa kita sadari tahu-tahu kita termasuk dalam golongan yang mendapatkan akhir yang buruk atau su ul khotimah. Na uzubillah min zalik.

Surga di dapat oleh orang – orang yang mendapatkan petunjuk jalan yang lurus. Oleh karenanya, orang – orang yang mendapat petunjuk sudah dipastikan dalam genggaman kebahagiaan disisi Allah, surga jannatunna’im.

Allah berkata dalam ayat ini, “Ayo kejarlah surgaKU dan ketahuilah cara satu-satunya mendapatkan surgaku adalah mengikuti petunjukku. Petunjuk tidak akan berguna bagi orang yang bodoh, tapi engkau tidak bodoh. Mintalah surga, mintalah petunjuk jalan yang lurus. Karena jika engkau dapat petunjuk, tak ada seorang pun yang mampu menyesatkan engkau. Dan engkau akan beroleh surgaKU.”

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE ENAM ADALAH : MEMPUNYAI CITA-CITA TINGGI DAN BERUSAHA MENGGAPAINYA

Banyak filosof ulung yang berkata bahwa hidup dan kehidupan ini menjadi dinamis dan menemukan bentuknya yang sekarang adalah karena orang mempunyai cita-cita yang tinggi.

Karena cita-cita yang tinggi ingin terbanglah Wrigth bersaudara menciptakan pesawat. Karena cita-cita ingin menerangi rumahnya maka Thomas Alfa Edison menciptakan bola lampu. Hidup akan bermakna bagi orang-orang yang mempunyai cita-cita. Dan hidup pantas dijalani hanya bagi orang-orang yang cita-citanya digantungkan setinggi langit. Buat apa diam berpangku tangan tanpa cita-cita, hidup ini hanya sekali dan harus bermanfaat. Kita harus meninggalkan jejak bagi generasi dibelakang kita, sehingga mereka bisa bangga dengan keberadaan kita.

Orang yang tidak mempunyai cita-cita adalah orang yang mati, orang yang menyandarkan hidupnya pada takdir. Dia akan dibawa kemana hidup ini membawanya bukannya dia yang menjadi penentu mau dibawa kemana hidupnya.

Bagi seorang muslim, cita-cita yang tinggi diperlukan. Cita-cita yang paling tinggi adalah mendapatkan kenikmatan surga jannatunnaim. Sedangkan jalannya berbagai cara bisa dilakukan. Dari jadi presiden sampai jadi pengamen kata Rhoma Irama.

“Hai manusia dan jin, jika engkau sanggup menembus langit, maka tembuslah, sesungguhnya menembus langit itu membutuhkan kekuatan yang besar.”

Mempunyai cita-cita yang tinggi akan mendorong orang untuk berbuat sesuai dengan apa yang dicita-citakan, mungkin saja dia mendapatkan kegagalan, tapi kegagalan itu dijadikan awal kesuksesannya. Bisa saja suatu saat ia merasa jenuh, tapi begitu dia mengingat cita-citanya yang tinggi dan membayangkan apa yang bisa dicapainya dengan cita-citanya itu, dia bangkit lagi dengan semangat baru, usaha baru dan cara pandang yang baru.

Tentunya cita-cita yang tinggi memerlukan dukungan dari beberapa disiplin kehidupan, dia memerlukan dukungan ilmu, amal sholih, skill, komunikasi yang baik dan kedisiplinan diri untuk konsisten menyandang cita-citanya.

Cita-cita yang tinggi disertai upaya untuk mencapainya adalah langkah awal untuk beroleh kesuksesan itu sendiri.

7. Shiratallazina an’amta alaihim
Jalan orang-orang yang diberi nikmat

Sebagai orang mukmin, kita tidak saja minta diberi jalan yang lurus, tapi kita lebih spesifik lagi, lebih detail. Kita juga minta selain petunjuk jalan yang lurus juga jalan yang diberi nikmat. Bukan sekedar lurus saja. Tapi diberi nikmat.

Di dalam Al Qur’an penuh dengan cerita atau kisah para nabi dan penentangnya. Para nabi merupakan contah orang – orang yang diberi nikmat, disamping petunjuk jalan yang lurus. Dalam ayat ini Allah mengingatkan kisah-kisah itu. Kalau engkau memperoleh ‘berkah’KU, engkau akan seperti nabi-nabiKU, orang-orang sholihKU, orang-orang yang diberi nikmat.

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE TUJUH ADALAH MENGETAHUI BATASAN SUKSES

Apa sih arti kesuksesan itu menurut Islam? Apakah kalau kita banyak uang, banyak mobil, banyak rumah kita sudah dikatakan sukses? Mana yang lebih enak, banyak harta tapi jiwa kita sakit atau miskin tapi jiwa kita sehat?

Dalam Islam, kesuksesan adalah apabila kita sebagai manusia dapat hidup tenteram dengan beramal baik sesuai yang dicontohkan Rasulullah saw, menggantungkan diri kepada Allah, bisa menolong orang lain dengan harta dan jiwa kita dan mendapatkan khusnul khotimah – akhir yang baik – sehingga Allah Ridho kepada kita dan kita dimasukkan kedalam surga. Itulah difinisi kesuksesan menurut Islam.

Islam tidak melarang orang berharta banyak, bahkan dianjurkan sebab ada ibadah yang namanya sedekah dan membayar zakat yang memerlukan harta sebagai sarananya.
Islam juga tidak melarang mempunyai istri lebih dari satu, asalkan dia sanggup berlaku adil antara istri yang satu dan istri yang lainnya.

Islam tidak melarang mempunyai kedudukan yang baik, bahkan di anjurkan karena menjadi Khalifah yang adil ganjarannya tidak lain kecuali surga.

Dalam kehidupan ini ada 2(dua) hal yang perlu diperhatikan :

1. Ridha Allah : bagaimanapun kita hidup, apapun usaha kita, kita harus mempertanyakan kepada diri kita, “Apakah Allah Ridha dengan apa yang kita lakukan?” kalau Allah tidak Ridha dengan apa yang kita lakukan, buat apa kita hidup? Buat apa kita banyak harta tapi harta itu hasil mencuri? Buat apa banyak harta tapi harta itu hasil berjudi? Menang undian? Bukan hasil kerja keras kita? Buat apa?

2. Manfaat untuk diri sendiri dan orang lain : kita juga harus bertanya kepada diri kita, apakah hal yang kita lakukan itu ada manfaatnya? Minimal untuk diri sendiri. Sebab kalau tidak ada manfaatnya, lebih baik tidak usah dikerjakan.

"Hai orang-orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa-apa yang diperlukan untuk hari esoknya.”

Bukankah dalam ayat ini mengandung pengertian Perencanaan? Hidup harus terencana, tercita-cita. Ingin hidup seperti apa yang akan kita jalani? Itu terserah kita. Mau masuk surga itu terserah kita. Mau masuk neraka, itu juga terserah kita. Pilihannya ada ditangan kita, dan waktu untuk memilihnya adalah saat ini, saat kita hidup di dunia yang fana ini. Jadi silahkan memilih. Karena hidup adalah pilihan.

Ghairilmagdubi ‘Alaihim Waladdhoollin
Bukannya jalan orang-orang yang di murkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat.

Maghdubi, Dimurkai Allah. Kenapa mereka di murkai Allah? Karena mereka mengetahui kebenaran tapi mereka sengaja berpaling dari melakukan kebenaran itu. Allah murka. Seperti orang – orang Yahudi. Mereka dikatakan seperti keledai membawa buku-buku, mereka berilmu, tapi ilmunya tidak membuat dirinya lebih dekat kepada Allah. Allah murka.

Wa La Dholin, dan bukanya orang yang sesat. Orang yang berilmu tentu mengetahui kalau dirinya mengetahui, beda dengan orang yang tidak mengetahui, mereka mencari-cari sesuatu tanpa mengetahui sesuatu itu apa. Mereka bisa dipastikan akan mendapatkan kesesatan. Dalam Islam, orang harus beribadah dengan Ilmu. Dengan pengetahuan orang menjadi tahu dan mengerti apa yang dilakukannya. Tidak asal sembarangan.

Orang – orang nasrani, mereka mengikuti apa yang dikatakan nenek moyang mereka, tanpa menyelidiki kebenarannya, mereka sesat. Kita berlindung dari pada hal yang demikian itu – menjadi sesat dan menyesatkan orang lain. Na uzu billah minzaalik.

FILOSOFI AYAT INI ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE DELAPAN ADALAH MENGETAHUI UNSUR PENGHAMBAT KESUKSESAN YAITU DIMURKAI DAN SESAT.

Orang-orang yang menginginkan kesuksesan harus mengetahui apa saja yang mnghambat dirinya untuk menjadi sukses. Dia harus tahu hal itu untuk menghindarinya. Diantara penghambat kesuksesan itu adalah mempunyai ilmu tapi ilmu itu tidak dipergunakannya. Mereka inilah yang dimurkai Allah.

Mengapa orang yang mempunyai ilmu tapi tidak mau mempergunakannya? Karena sombong. Angkuh dan bangga terhadap pendapatnya sendiri. Orang yang sombong sama saja menuhankan dirinya sendiri. Mereka seperti fir’aun pada zaman nabi Musa As.
Ilmu tiada berguna tanpa amal, ilmu pengetahuan apapun itu tidak ada gunanya jika tidak dipraktekan untuk kemaslahatan umat manusia. Contohnya, dia sudah belajar mengobati dengan baik , tapi ilmu pengobatannya itu tidak dipakainya, justru dia berpegang kepada perdukunan yang belum tentu ada ilmunya, kita bisa melihat sendiri mengapa Allah murka. Buat apa menuntut ilmu tapi tidak dipergunakan sebagai ladang amal?

Di dunia ini ada 4 (empat) jenis manusia :

1. Orang yang tahu kalau dirinya tahu, dialah orang yang berilmu, ikutilah dia dan ambil ilmunya untuk kita amalkan.

2. Orang yang tidak tahu kalau dirinya tahu, dialah orang yang lupa, tugas kita adalah mengingatkan bahwa dirinya bisa lebih bermanfaat jika dia menggunakan ilmunya untuk masyarakat.

3. Orang yang tahu kalau dirinya tidak tahu, ini adalah orang yang mau belajar, bantulah dia untuk mencari ilmu sehingga dirinya bisa berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat tempat dia tinggal.

4. Orang yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu, ini adalah orang bodoh, jangan mengikutinya kalau anda tidak ingin sesat. Orang yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu hanya mengadalkan pemikiran akalnya yang terbatas, pasti dia akan menciptakan khayalan dan illusi supaya orang lain menganggap dirinya benar.

Yang terpenting dalam Islam adalah beribadah dengan ilmu, sebab apabila orang beribadah tanpa ilmu dia akan tertolak ibadahnya. Bagaimana mungkin orang melakukan sholat, tanpa tahu bacaan sholat yang benar? Bagaimana mungkin orang melakukan sholat tanpa tahu apa manfaat sholat untuknya? Begitu juga dengan ibadah-ibadah lainnya.

“Menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi seorang muslim. Tuntutlah ilmu dari mulai buaian sampai ke liang lahat.”

Hambatan lainnya yang menghalangi kesuksessan adalah malas, jumud – berdiam diri – dan merasa paling benar sendiri. Ke tiga hal ini adalah penghambat yang nyata untuk diri anda meraih kesuksesan. Kalau orang sudah malas, apapun dianggap siksaan buat dirinya. Mau melakukan ini, malas. Mau melakukan itu pun malas. Susah jadi orang malas. Apalagi jumud – berdiam diri – ada hal yang perlu dilakukan, tapi tidak dilakukan karena dirinya memilih diam tidak melkukan apa-apa. Dan yang paling menakutkan adalah merasa diri paling benar. Kalau orang sudah merasa diri paling benar, ilmu apapun, nasihat apapun tidak akan masuk ke dalam jiwanya. Betapa pun kerasnya kita memberi tahu akan suatu hal, dia tetap dengan pendiriannya bahwa dia mengetahui segalanya dan dia benar. Na uzu billahi minzalik.

Majulah orang-orang sukses, dan ketahui hambatan-hambatan untuk meraih sukses. Hambatan paling banyak adalah dari diri sendiri. Insya Allah akan dijelaskan lagi secara terperinci apa-apa saja yang menghambat kesuksesan.

Amin
Kabulkanlah doa kami

Setelah engkau memuji, kemudian dilanjutkan dengan memuji menggunakan namanya, engkau menyatakan bahwa tiada ada Tuhan yang dimintai pertolongan dan disembah selain kepada NYA, engkau lanjutkan dengan permintaan untuk diberi petunjuk jalan orang yang lurus dan diberi nikmat seperti nabi-nabi Allah yang diceritakan al Qur’an al karim. Engkau berharap doa mu itu dikabulkan Allah dengan pengharapan yang pernuh keyakinan, permintaan yang penuh kesungguhan dan penantian yang sangat-sangat merindukan. Engkau hanya bisa pasrah dan berharap kebaikan dari Allah yang mengabulkan doa. Jangan berprasangka macam-macam pada Allah, kalau doa kita belum terkabul. Pasti ada hikmahnya.

FILOSOFINYA ADALAH :
KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT YANG KE SEMBILAN ADALAH BERPRASANGKA BAIK KEPADA ALLAH & SELURUH MAKHLUK

Berprasangka baik bukan berarti melepaskan tanggung jawab ikhtiar – usaha – kepada ketentuan Allah. Sebaliknya berprasangka baik adalah terus berusaha hingga terlihat hasil baiknya.

Sabar dan tawakal, bukan berarti diam tak berusaha, sabar adalah berusaha sekuat tenaga dan sekuat kemampuan, kemudian berpasrah tentang hasilnya kepada Allah. Itulah pengertian sabar dan tawakal yang diinginkan di dalam Islam.

“Sesungguhnya Aku mengikuti prasangka hambaKU.”

Kalau usaha sudah kita lakukan, doa sudah kita panjatkan, tugas kita berikutnya adalah berprasangka baik kepada Allah. Mungkin saja kita belum berhasil sebab kalau kita dibiarkan Allah berhasil nanti kita akan menjadi sombong. Kebanyakan manusia tidak kuat jika diuji dengan keberhasilan. Banyak orang yang dulunya sholat dengan tekun tapi begitu diberi keberhasilan sedikit saja, sholatnya ditinggalkan karena sibuk dengan urusannya. Padahal urusannya baru akan berakhir kalau dirinya sudah masuk kedalam liang kubur. Na Uzu Billahi Minzalik.

Jadi saudaraku, marilah kita berangkat menuju kesuksesan, mari kita raih kesuksesan itu dan kesuksesan itu baru dikatakan sebuah kesuksesan jika ia mencakup dunia dan akhirat sekaligus. Islam telah mengajarkan kepada kita tata cara meraih kesuksesan dengan sembilan kuncinya ini. Ayo saudaraku, mari, kita tinggal melakukannya. Kita tidak harus menciptakan lagi apa itu jalan menuju sukses, karena Allah telah memberitrahukan jalan menuju kesuksesan itu kepada kita. Kita wajib membacanya di dalam sholat. Pilihannya terserah kita, apakah kita akan meraih kesuksesan itu – yang telah Allah beritahukan kepada kita jalannya ? atau kita memilih terpuruk di dunia ini – yang berkonsekuensi terpuruk juga di akhirat nanti. Pilihannya ada pada diri kita masing-masing. Jadi mari kita memilih untuk menjadi sukses. Ayo....!!!

Semoga yang sedikit ini bermanfaat untuk diri sendiri dan umat pada umumnya.
Wassalamu alaikum wr. Wb

Sabtu, 08 Maret 2014

Isi Kitab Zabur

Kitab Zabur adalah kumpulan firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Dawud as. "Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Dawud." (QS. 17/Al Isro': 55)

Kata zabur (bentuk jamaknya zubur) berasal dari zabara-yazburuzabr yang berarti menulis. Makna aslinya adalah kitab yang tertulis. Zabur dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan mazmuur (jamaknya mazamir), dan dalam bahasa Ibroni disebut mizmor. nyanyian rohani yang dianggap suci)
Kitab Zabur berisi kumpulan mazmur, yakni nyanyian rohani yang dianggap suci (Inggris: Psalm) yang berasal dari Nabi Dawud as. 150 nyanyian yang terkumpul dalam kitab ini berkisah tentang seluruh peristiwa dan pengalaman hidup Nabi Dawud as. mulai dari mengenai kejatuhannya, dosanya, pengampunan dosanya oleh Allah, suka-cita kemenangannya atas musuh Allah, kemuliaan Tuhan, sampai kemuliaan Mesias yang akan datang. Dengan demikian jelaslah bahwa kitab ini sama sekali tidak mengandung hukum-hukum atau syariat (peraturan agama), karena Nabi Dawud as. diperintahkan oleh Allah SWT mengikuti peraturan yang dibawa oleh Nabi Musa as.

Secara garis besarnya, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Dawud as. terdiri dari lima macam:
# ratapan dan doa individu;
# ratapan-ratapan jamaah;
# nyanyian untuk raja;
# nyanyian liturgy kebaktian untuk memuji Tuhan; dan
# nyanyian perorangan sebagai rasa syukur.

Nyanyian pujian dalam Kitab Zabur antara lain, Mazmur: 146

1) besarkanlah olehmu akan Allah. Hai Jiwaku pujilah Allah.

2) maka aku akan memuji Allah seumur hidupku, dan aku akan nyanyi pujian-pujian kepada Tuhanku selama aku ada.

3) janganlah kamu percaya pada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada mempunyai pertolongan.

4) maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan pada hari itu hilanglah segala daya upayanya.

5) maka berbahagialah orang yang memperoleh Ya'qub sebagai penolongnya dan yang menaruh harap kepada Tuhan Allah.

6) yang menjadikan langit, bumi dan Taut serta segala isinya, dan yang menaruh setia sampai selamanya.

7) yang membela orang yang teraniaya dan yang memberi makan orang yang lapar. Bahwa Allah membuka rantai orang yang terpenjara.

8) dan Allah membukakan mata orang buta, Allah menegakkan orang yang tertunduk, dan Allah mengasihi orang yang benar.

9) bahwa Allah akan berkerajaan kelak sampai selama-lamanya dan Tuhanmu, hai Zion! Zaman berzaman. Besarkanlah Allah olehmu.

Mazmur (nyanyian rohani yang dianggap suci) itulah yang kini dimuat dalam Perjanjian Lama.

Menurut Dr. F.L. Bakker, pendeta Kristen dari Belanda dan penulis buku Sejarah Kerajaan Allah (judul aslinya: Geschiedenis der Gods Openbaring) dari 150 nyanyian rohani dalam Perjanjian Lama itu, hanya 73 di antaranya yang berasal dari Nabi Dawud as. (yakni mazmur 3-9, 11-32, 34-41, 51-65, 68-70, 86, 101, 103, 108-110, 122, 124, 131, 138-145). Selebihnya adalah mazmur dari putra-putra Korah (yaitu mazmur: 42, 44-49, 84, 85, 87, 88), mazmur Asaph (50, 73-83), mazmur Ma'a lot (120-134), dan mazmur Haleluyah (104-106, 111-113, 115-117, 135, 146-150),

Aliran Islam di Indonesia

ran islam di Indonesia - Aliran-Aliran Dalam Ilmu Tauhid

Ada beberapa aliran yang terkenal dalam ilmu tauhid: 1) khowarij; 2) murjiah; 3) qodariyah; 4) Jabariyah; 5) mu'tazilah; 6) ahlussunnah wal jamaah; 7) syi'ah; 8) salafiyah; dan 9) wahabiyah.

1. Khowarij
Pengangkatan Ali bin Abi Tholib ra. menjadi kholifah menggantikan Utsman bin Affan ra., tidak disetujui oleh banyak pihak. Salah seorang yang menentang keras dan tidak mau mengakui Ali sebagai kholifah ialah Muawiyah bin Abi Sufyan, gubernur Damaskus (Syiria). Puncak dari pertentangan mereka terjadi dengan pecahnya Perang Shiffin, antara pasukan kholifah Ali bin Abi Tholib melawan pasukan Muawiyah.

Ketika pasukan Ali hampir menenangkan perang, Amr bin Ash — pendukung Muawiyah berhasil mengajak Ali bertahkim (arbitrase). Sebagian bala tentara Ali tidak mau menerima keputusan itu. Mereka berpendapat, orang yang mau berdamai pada saat pertempuran berlangsung adalah orang yang ragu akan kebenaran perang itu. Padahal hukum Allah menegaskan, bahwa orang-orang yang melawan kholifah harus diperangi.

Golongan yang semula memihak kepada Ali itu, akhirnya berbalik membenci dan memusuhi Ali. Mereka inilah yang dinamakan Khowarij, ialah orang-orang yang keluar dan memisahkan diri dari Ali.

Ajaran-ajaran pokok golongan Khowarij, secara umum adalah :
a. orang Islam yang melakukan dosa besar adalah kafir;
b. orang-orang yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara Aisyah, Tholhah dan Zubair melawan Ali bin Abu Tholib dan pelaku arbirtasse - termasuk yang menerima dan membenarkannya dihukum kafir;
c. pandangan dalam menentukan kholifah (kepala negara) cukup demokratis. Kholifah, menurut mereka, harus dipilih oleh rakyat serta tidak harus dari keturunan Nabi dan tidak mesti keturunan bangsa Quraisy.

Jadi, seorang muslim dari golongan manapun bisa menjadi kholifah asalkan memiliki kemampuan memimpin dengan benar.

Tokoh-tokoh Khowarij yang utama, antara lain, ialah :
(1) Abdullah bin Wahab al-Rosyidi;
(2) Urwah bin Hudair;
(3) Mustarid bin Sa'ad;
(4) Hausaroh al-Asadi;
(5) Quroib bin Maruah;
(6) Nafi bin al-Azroq; dan
(7) Abdullah bin Basyir.

Akibat perbedaan pendapat di antara tokoh-tokohnya, Khowarij terpecah menjadi beberapa golongan, antara lain:
(1) golongan Muhakkimah (sekte khowarij yang pertama, yakni golongan yang memisahkan diri dari Ali bin Abi Tholib ra.);
(2) golongan Azariqoh (pengikut Nafi Ibnu Azroq) yang terkenal lebih radikal, sebab mereka mengkafirkan ummat Islam, kecuali golongan mereka.
(3) golongan Najadat (pengikut Najadah Ibnu 'Amir) yang merupakan pecahan dari golongan Azariqoh.
(4) golongan As-Sufriyah (pengikut Ziyad Ibnu Ashfar). Ajaran golongan ini menyerupai golongan Azariqoh;
(5) golongan al-Ibaadiyah (pengikut Abdullah Ibnu Ibaad Attami). Golongan ini agak lunak, sebab pengikutnya boleh menikah dengan orang-orang dari golongan lain;
(6) golongan al-Ajaridah pimpinan Abd. Karim bin Ajrod, yang dalam perkembangannya terpecah menjadi beberapa kelompok kecil seperti Syu'aibiyah, Hamziyah Hazimiyah, dan Maimuniyah.

Perpecahan itulah yang menghancurkan aliran Khowarij sehingga keberadannya kini hanya ada dalam catatan sejarah.

2. Murjiah
Aliran Murji'ah muncul dari golongan yang tidak sepaham dengan golongan Khowarij. Hal itu tercermin dari ajarannya yang bertolak belakang dengan ajaran Khowarij. Pengertian Murji'ah itu sendiri adalah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT kelak.

Jadi, mereka tidak mengkafirkan seorang muslim yang berbuat dosa besar. Sebab yang berhak menjatuhkan hukuman terhadap seorang pelaku dosa hanyalah Allah SWT. Sehingga seorang muslim, sekalipun melakukan dosa besar, dalam kelompok ini tetap diakui sebagai muslim dan punya harapan bertaubat.

Secara garis besarnya, ajaran-ajaran pokok Murji'ah, adalah :

a. pengakuan iman cukup hanya dalam hati. Dengan demikian pengikut golongan ini tidak dituntut membuktikan keimanan mereka dalam amal perbuatan sehari-hari. Tentu ini merupakan suatu kejanggalan yang sulit diterima oleh kalangan Murji'ah sendiri. Oleh karena iman dan amal perbuatan dalam ajaran Islam merupakan satu kesatuan.

b. selama meyakini dua kalimah syahadat, seorang muslim yang berbuat dosa besar tidak dihukum kafir. Hukuman terhadap perbuatan manusia ditangguhkan, dalam arti hanya Allah yang berhak menjatuhkannya kelak di alam akhirat.

Tokoh utama aliran Murji'ah, ialah Hasan bin Bilal Muzni, Abu Sallat Samman, dan Diror bin Umar. Dalam perkembangan selanjutnya aliran ini terbagi dalam kelompok moderat dan ekstrem. Kelompok Murji'ah moderat dipelopori oleh Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Tholib, sedangkan kelompok Murji'ah ekstern dipelopori oleh Jaham bin Shofwan.

Namun sebagaimana aliran Khowarij, aliran Murji'ah juga hanya tinggal dalam catatan sejarah. Akan tetapi ajaran-ajarannya tentang kufur dan dosa besar masih diikuti oleh kaum muslimin bahkan diserap oleh ajaran Ahlisunnah Waljamaah.

3. Qodariyah
Aliran Qodariyah muncul di Irak. Aliran ini mengajarkan paham:
a) manusia memiliki kudrat irodat untuk berusaha dan berbuat sesuai dengan kemampuannya;
b) manusia memiliki kuasa penuh atas dirinya tanpa kudrat irodat Allah; Dengan kata lain, manusia itu sendiri yang menentukan perbuatannya — apakah ia ingin berbuat baik atau jahat;
c) menolak adanya qodar dan takdir Allah dalam segala usaha dan perbuatan manusia;
d) umat Islam yang berdosa besar tidak dihukumi sebagai kafir, namun juga tidak digolongkan seorang mukmin, melainkan hanya sebagai muslim.

Dua tokoh utama Qodariyah, ialah Ma'abad al-Juhani al-Basri Jan Ghoilan al-Dimasyqi. Ma'abad al-Juhani menyebarkan ajaran Qodariyah di Irak dan berhasil mendapatkan banyak pengikut dalam waktu yang relatif singkat. Ia terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hujjaj. Ma'abad memang terlibat dalam politik sebagai pendukung Abdurrohm an al-Asy'ats, gubernur Sajistan yang menentang kekuasaan Bani Umaiyah.

Sedangkan Ghoilan al-Dimasyqi tokoh penerus yang berjasa mengembangkan paham Qodariah sampai ke Iran. Akan tetapi paham ini dinilai membahayakan pemerintah pada waktu itu, sehingga Ghoilan dihukum bunuh oleh pemerintah Hisyam bin Abdul Malik, kholifah Dinasti Umaiyah kesepuluh (105 125 H/724-743 M).

4. Jabariyah
Aliran Jabariyah lahir di Khurosan. Aliran ini mengajarkan paham, bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk berbuat sesuatu dan tidak memiliki kemauan. Dengan kata lain, segala kemauan dan perbuatan manusia sesungguhnya kehendak Allah SWT, namun manusia tetap menerima konsekuensi - pahala atau siksa - atas perbuatannya. Dengan demikian paham aliran ini bertolak belakang dengan paham Qodariyah.

Ajaran lain yang diosebarkan oleh Aliran Jabariyah, antara lain:
a) Qur'an adalah makhluk sebagaimana yang lain, yang fana dan tidak abadi;
b) di akhirat kelak, Tuhan tidak dapat dilihat; dan
c) neraka dan surga itu tidak abadi.

Pelopor aliran Jabariyah, ialah Tsalut Ibnu 'ashom. Aliran ini kemudian berkembang luas berkat Jahm bin Shofwan, seorang Persia yang menjadi pegawai Syuroih bin al-Harits dari kelompok bendera hitam yang memberontak kepada pemerintahan Bani Umaiyah. Jahm bin Shofwan akhirnya tertangkap dan dihukum mati dalam perlawanan terhadap Bani Umaiyah tahun 131 H.

Pengikut aliran Jabariyah terbagi dalam dua kelompok. Pertama, kelompok ekstrem yang termasuk di dalamnya Jahm bin Shofwan. Kedua, kelompok moderat, di antaranya, Dhiror bin Amru, Hafaz al-Fardi, dan Husein bin Najjar.

5. Mu'tazilah
Aliran Mu'tazilah (artinya memisahkan diri) muncul di Basroh, Irak, pada abad Icedua Hijriyah. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atho (700-750M/80-131H) memisahkan diri dari gurunya, Imam Hasan al-Basri karena perbedaan pendapat antara keduanya. Wasil bin Atho berpendapat, bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar, statusnya tidak mukmin lagi namun tidak juga kafir yang berarti fasik.

Sebaliknya menurut Imam Hasan al-Basri, mukmin yang melakukan dosa besar statusnya tetap mukmin.
Mu'tazilah memiliki lima ajaran pokok.
a. Tauhid — keesaan Allah SWT. Dalam hal ini Mu'tazilah berpendapat, antara lain bahwa :
(1) Tidak mengakui sifat Allah, sebab apa yang dikatakan orang sebagai sifat Allah, tidak lain dzat Allah itu sendiri;
(2) Al-Qur'an adalah makhluk;
(3) Tuhan, di alam akhirat kelak, tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Yang terjangkau oleh mata manusia bukanlah Tuhan.

b. Keadilan Allah SWT. Aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa Allah SWT akan memberikan imbalan kepada manusia sesuai dengan apa yang diperbuat oleh manusia.

c. Janji dan ancaman. Aliran Mu'tazilah berpendapat bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari janjinya : memberi pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan melimpahkan siksa kepada orang muslim yang berbuat dosa.

d. Posisi di antara dua posisi. Ajaran ini dicetuskan oleh Wasil bin atho sendiri yang menyebabkannya memisahkan diri dari Imam Hasan al-Basri, bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar, statusnya di antara mukmin dan kafir, yakni fasik.

e. Amar makruf (tuntutan berbuat baik) dan Nahi Mungkar (mencegah segala perbuatan tercela). Jadi ajaran Mu'tazilah yang terakhir ini lebih banyak berkaitan dengan hukum/fikih.

Tokoh-tokoh Mu'tazilah yang terkenal ialah:
1) Wasil bin Atho (pelopori kelahiran aliran ini);
2) Abu Huzail al-Allaf (135-235H/751-849M), tokoh yang menyusun lima ajaran pokok Mu'tazilah;
3) Al-N azzam, murid dari Abu Huzail; dan
4) Al-Jubba'i — nama lengkapnya : Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab (235-303H/849-915M).

Sekalipun aliran Mu'tazilah tidak eksis lagi, namun pemikiran-pemikiran rasionalnya sering digali kembali oleh para cendikiawan muslim dan non-muslim.

6. Ahlussunnah Waljamaah
Yang tergolong dalam aliran ini adalah mereka yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw (ahlussunnah) dan Sahabat Nabi (jamaah). Pendiri aliran ini, ialah Abu al-Hasan al-Asy'ari di Bashroh dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.

Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324H/873-935M), adalah cucu dari Sahabat Nabi yang terkenal, Abu Musa al-Asy'ari. Semula ia berpaham Mu'tazilah karena diasuh dan berguru pada ayah tirinya Abu Ali al-Jubbai yang juga guru besar Mu'tazilah di Bashroh. Pada akhirnya, ia meragukan paham Mu'tazilah dan memohon kepada Allah SWT agar diberi petunjuk jalan yang benar.

Ketika berusia sekitar empat puluh tahun. Abu Hasan memproklamirkan diri bahwa ia telah meninggalkan keyakinannya yang lama. Sejak saat itu ia menyebarluaskan paham barunya yang terkenal dengan ahlussunnah waljamaah.

Pokok-pokok pikiran Abu Hasan Al-Asy'ari, antara lain:
a. Tuhan memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
b. Al-Qur'an adalah qodim, bukan makhluk. Hal itu didasarkan pada ayat: Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (QS. 36/Yasin: 82)
c. Kelak di akhirat Tuhan dapat dilihat oleh mata kepala manusia. Pendapatnya ini didasarkan pada ayat: "Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Memandang Tuhannya." (QS. 75/ Al-Qiyamah: 22-23)

Jelaslah bahwa pokok-pokok pikiran al-Asy'ari bertolak belakang dengan paham-paham yang diajarkan oleh Mu'tazilah.

Abu al-Hasan al-Asy'ari juga menulis beberapa kitab tentang ilmu kalam. Kitab-kitabnya terpenting yang menjadi dasar pemikiran aliran yang diproklamasikannya dan menjadi pegangan bagi pengikutnya, adalah:
1) al-Ibanah'an Ushul al-Dinayah, yang berisi pokok-pokok pikiran ajaran Ahlisunnah Waljamaah; dan
2) Al-Luma fi al-Rodd 'ala Ahl al-Ziyaq wa al-Bida, yang berisi pandangan dan ajaran Al-Asy'ari tentang ilmu kalam, dan jawaban terhadap serangan lawan.

7. Syi'ah
Yang dimaksudkan Syi'ah di sini adalah mereka yang memuja-muja Ali bin Abi Tholib dan keturunannya. Mereka menganggap Ali yang berhak menjadi kholifah setelah Nabi Muhammad saw. wafat. Pelopor golongan ini, ialah Abdullah bin Saba', pendeta Yahudi asal Yaman yang masuk Islam pada masa pemerintahan Ustman bin Affan. Ia, dalam berbagai literature, disebut sebagai tokoh yang banyak berperan dalam memecah-belah umat Islam.

Golongan syi'ah ini muncul dari sakit hati Abdullah bin Saba', karena kedatangannya di Madinah tidak disambut oleh Kholifah Ustman bin Affan ra. Ia kemudian mengadakan oposisi dengan mengeluarkan fatwa bahwa sesungguhnya yang berhak menjadi kholifah sepeninggal Rosulullah saw. ialah Ali bin Abu Tholib ra. clan ketiga kholifah sebelumnya tidak sah. Mereka ini menamakan diri pencinta Ahlul Bait (keluarga Nabi) dan kemudian mendapat banyak pengikut.

Ajaran-ajaran golongan Syi'ah antara lain:
a) mengutuk dan tidak membenarkan jabatan kholifah Abu Bakar Ash Shiddhiq ra.; Umar bin Khoththob ra.; dan Utsman bin Affan ra. Sebab ketiganya dianggap merampas jabatan kholifah bagi Ali bin Abi Tholib ra.

b) pangkat kekholifahan (keimaman) dilakukan secara turun-temurun sampai 12 imam, mulai dari
(1) Ali bin Abi Tholib;
(2) Hasan bin Ali bin Abi Tholib;
(3) Husein bin Ali bin Abi Tholib;
(4) Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Tholib;
(5) Muhammad al-Baqir bin Ali bin Zainal Abidin;
(6) Jakfar al-Shodiq bin Muhammad al-Baqir;
(7) Musa al-Kazhim bin Jakfar al-Shodiq;
(8) Ali al-Ridho bin Musa al-Kazhim;
(9) Muhammad al-Jawwad bin Ali al-Ridho;
(10) Ali bin Muhammad bin Ali al-Ridho;
(11) Hasan bin Ali bin Muhammad al-Aksari; sampai
(12) Muhammad bin Hasan al-Mahdi yang hilang ketika berusia lima tahun, serta dinantikan dan diyakini kehadirannya kelak di kemudian hari/menjelang Hari Kiamat;

c) Imam adalah maksum, yakni tidak pernah berbuat dosa sebagaimana nabi. Mereka juga percaya bahwa imam juga menerima wahyu dari Allah, dengan mendengar suara Jibril as. dengan tidak melihatnya.

d) Tidak menerima hadits yang diriwayatkan oleh selain imam mereka. Karena itu mereka tidak mengakui hadits-hadits Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Nasai. Mereka juga tidak menerima tafsir Al-Qur'an selain yang ditafsirkan oleh imamnya. Mereka tidak menggunakan ushul fikih. Dan tidak menerima qiyas dan ijmak.

Golongan Syi'ah terpecah belah menjadi 22 sekte. Dari ke 22 sekte tersebut yang masih bertahan sampai sekarang hanya tiga sekte : (1) Imamiah; (2) Ismailiah; dan (3) Zaidiah.

a. Syiah Rafidhoh, golongan syiah paling ekstrim karena: (1) mengkafirkan selain golongannya; (2) mengajarkan bahwa Jibril telah melakukan kesalahan dalam menyampaikan wahyu, yang seharusnya kepada Ali Ibnu Abi Tholib bukan kepada Nabi Muhammad saw.; dan (3) roh orang yang meninggal akan kembali ke dunia sebagai reinkaranasi;

b. Syiah Imamiah atau Istna 'Asyariah. Penamaan Imamiah ini karena kepercayaan mereka yang kuat bahwa yang berhak memimpin umat Islam hanya imam. Mereka berkeyakinan adanya dua belas imam sebagaimana yang tersebut di atas.

c. Syi'ah Ismailiah adalah sekte syi'ah yang mempercayai bahwa imam itu hanya tujuh orang, ialah mulai dari Imam yang pertama, Ali bin Abi Tholib sampai Imam yang tujuh. Akan tetapi dalam kepercayaan mereka, imam yang tujuh itu bukan Musa al-Kazhim bin Jakfar al-Shodiq seperti yang dipercaya oleh Syi'ah imamiah, melainkan Ismail.

d. Syi'ah Zaidiah adalah sekte Syi'ah pengikut Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib. Mereka tergolong syi'ah yang moderat, karena tidak berpendapat bahwa Ali dan keturunannya yang berhak menjadi kholifah. Mereka juga tidak memvonis, bahwa ketiga kholifah sebelum Ali tidak sah.

8. Salafiyah
Salafi atau salafiyah adalah kata jadian yang berasal dari kata Salafa, yaslufu, dan salafan yang memiliki arti terdahulu. As-Salaf ini berarti al-mutagoddimuuna fii as-sair, yakni orang terdahulu. Mereka adalah as-Salaf ash-Sholih, yang berarti orang saleh terdahulu. Yakni kaum muslim generasi sahabat, generasi tabi'in, tabi'it tabi'in, serta generasi atba' at-tabi'in seperti Imam Syafi'i, Imam Hanbali, Bukhori, Muslim dan penyusun kitab hadits yang enam lainnya.

Orang-orang saleh terdahulu itu menjadi generasi terbaik karena benar-benar menjalankan Islam secara menyeluruh dan utuh. Mereka tidak hanya saleh secara ritual, melainkan juga saleh secara sosial. Jadi selain taat beribadah, juga rendah hati, jujur, penuh toleransi dan cinta damai. Karena itu kalau ada orang yang mengaku salafi, tetapi suka mencela, merasa paling benar, sombong, suka bermusuhan, dan mengkafir-kafirkan orang lain, percayalah dia bukan salafi.

Perilaku Islami yang dipraktekkan oleh kaum salaf dalam segala segi kehidupan sehari-hari memang patut diteladani. Maka tepatlah kiranya jika Ibnu Taimiyah mencetuskan suatu gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran kaum salaf, yang kemudian terkenal dengan nama salafiyah. Tujuannya agar umat Islam kembali kepada Al-Qur'an dan hadits.

Gerakan salafiyah dicetuskan oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H/ 1263-1328 M) seorang ulama dari kalangan Hambaliyah. Lalu gerakan ini diteruskan oleh para pengikutnya, antara lain Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Jamaluddin al-Afgani, Syekh Muhammad Abduh, dan Syekh Muhammad Rosyid Ridho.

Akhirnya gerakan salafi ini menyebar ske eluruh dunia. Di India mencuatlah nama Sayid Ahmad Khan yang dianggap mempunyai semangat salaf. Di Indonesia sendiri muncul pula oraganisai-organisasi keagamaan yang dilandasi ajaran salaf seperti Thowalib, al-Irsyad, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Persatuan Umat Islam.

9. Wahabi
Gerakan Wahabi muncul di Uyainah, suatu daerah di Nejed, kota terpencil di Saudi Arabiyah yang ketika itu berada dalam kekuasaan Kerajaan Turki Usmani. Pelopornya adalah Muhammad bin Abdul Wahab (1115-1306 H/1702-1786 M), pengikut setia dan penganut Ahmad bin Hambal, pendiri Madzhab Hambali. Gerakan ini tidak mendapat sambutan dari masyarakat, bahkan mendapat tekanan dari penguasa setempat. Lalu pindahlah Muhammad bin Abdul Wahab ke desa Dar'iyah, sebelah timur Riyadh yang dihuni oleh Amir ibnu Su'ud (w. 1179 H/1766 M), pendiri Dinasti Su'ud yang kini berkuasa di Arab Saudi.

Di tempatnya yang baru ini, Wahabi mendapat dukungan dan perlindungan dari Muhammad bin Su'ud. Sebaliknya Muhammad Abdul Wahhab memandang Amir Su'ud memiliki ambisi yang besar untuk menguasai daratan Arabia. Maka pada tahun 1744 M tercapailah kesepakatan di antara keduanya untuk saling mendukung demi tercapainya tujuan masing-masing. Dengan begitu Muhammad Abdul Wahab dapat dengan leluasa mengembangkan ajarannya.

Sebagaimana gerakan Salafiyah, wahabi kala itu juga ingin memurnikan ajaran Islam. Hanya saja mereka tidak menempuh cara-cara persuasif seperti yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, melainkan mengambil sikap keras dengan menggunakan kekuatan.

Penciptaan alam semesta menurut Al Quran

enciptaan alam semesta menurut Al Quran - Alam Semesta Dan Isinya Dalam Al-Qur'an

Para Cendekiawan Barat telah mengakui tentang kelengkapan dan kesempurnaan isi Al-Qur'an. Edward Gibbon, ahli sejarah Inggris (1737-1794), di antaranya yang mengatakan, bahwa Al-Qur'an adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al-Qur'an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.

Selain itu Al-Qur'an juga menerangkan tentang alam semesta dan seisinya."Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS. 16/ An-Nahl: 89). Bab ini khusus mengemukakan ayat-ayat Al-Qur'an tentang alam semesta yang menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakanlanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti". (QS. 2/ Al-Baqoroh: 164)

Langit, Matahari, Bulan, Dan Bintang

Al-Qur'an menegaskan bahwa langit merupakan atap yang terpelihara, "Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan, dan lain-lain). (QS. 21/Al-Anbiya': 32) Langit diluaskan. "Langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya." (QS. 51/Adz Dzariyat: 47) Dan tidak terdapat keretakan sedikit pun di langit. "Apakah mereka tidak memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana cara Kami membangunnya dan menghiasinya, dan tidak terdapat retak-retak sedikit pun." (QS. 50/Qof: 6)

Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa langit di atas sana terdiri dari tujuh tingkat. "Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit." (QS. 2/Al-Baqoroh: 29) "Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun, yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis." (QS. 67/Al-Mulk: 2-3) "Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis?" (QS. 71/ Nuh: 15)

Pakar Islam asal Turki, Prof. Harun Yahya, menafsirkan tujuh lapis langit dengan menganologikan atmosfir sebagai wujud langit. Analogi tersebut sangat mungkin sebab secara ilmiah atmosfir juga terdiri dari tujuh lapis. Setiap lapisan atmosfir dari yang paling bawah hingga paling atas mempunyai batas-batas yang tegas. Selain itu tingkat suhu pada masing-masing atmosfir berbeda-beda.

Tujuh lapisan atmosfir yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Troposfir (atmosfir paling bawah), merentang di ketinggian 1618 km di wilayah tropis. Suhunya berkisar 57 derajat dibawah nol Celcius. Di atmosfir yang terdekat dengan bumi inilah perubahan-perubahan cuaca terjadi.

2. Stratosfir (atmosfirkedua). Letaknya di ketinggian 50 km dengan suhu berkisar 0 derajat celcius. Suhunya dalam lapisan atmosfir kedua ini tidak lebih tinggi dari itu sebab "didinginkan" sinar ultraviolet. Sewaktu proses pendinginan ini berlangsung, muncullah lapisan ozone yang sangat penting bagi kehidupan di bumi.

3. Mesosfir (atmosfir ketiga). Letaknya di ketinggian 80 km. Di sini suhunya bisa menurun hingga 73 derajat di bawah nol celcius.

4. Termosfir (atmosfir keempat). Suhunya mencapai 1232 derajat Celcius, kembali naik sesuai dengan ketinggian letaknya: 480 km.

5. Lonosfir (atmosfir kelima). Inilah atmosfir yang berperan penting dalam kelangsungan komunikasi di bumi. Sebab Ionosfir memantulkan kembali gelombang radio ke bumi.

6. Exosfir (atmosfir keenam). Letaknya yang di atas ketinggian 500 km menjadikannya menyatu dengan gas-gas antariksa. Molekul-melekul yang melesat dengan cepat memungkinkannya lepas dari gaya tarik bumi, lalu bertabrakan dengan molekul-molekul lain; dan

7. Magnetosfir (atmosfir ketujuh). Letaknya antara 3000 hingga 30.000 km, tepatnya di zona radiasi yang mengandung partikel-partikel ber-ion energi tinggi. Inilah zona yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Mengapa lapisan ini dinamakan Magnetosfir? Sebab ion-ion dan patikel-partikel atom di bentangan ini nyaris sepenuhnya dikendalikan oleh lapangan magnetik bumi.

Berikut benda-benda penghias langit yang diterangkan dalam Al-Qur'an:

1. Matahari dan Bintang. "Dia juga menjadikan padanya (pada langit) matahari dan bulan yang bersinar." (QS. 25/ Al-Furqon: 61) "Di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya, dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)? ." (QS. 71/Nuh: 16)
Sebelum para ilmuwan menemukan fakta bahwa matahari dan bulan mengitari porosnya, Al-Qur'an telah mengungkapkannya lebih dulu. "Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan malam dan siang bagimu." (QS. 14/Ibrohim: 33) "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. 21/ Al-Anbiya': 33)

2. Bintang-gemintang. "Mahasuci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang-bintang." (QS. 25/Al-Furgon: 61) Bintang-bintangitu sebagai hiasan. "Dan sungguh Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandangnya." (QS. 15/Al-Hijr: 16) Bintang-bintang itu juga menjadi petunjuk jalan bagi manusia. "Dan Dialah yang menciptakan bintang-bintang bagimu supaya kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut." (QS. 6/Al-An'am: 97) "Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk (jalan)." (QS. 16/An-Nahl: 16)

3. Kilat dan petir. "Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. 24/An-Nur: 43) "Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu yang menimbulkan ketakutan atau harapan, dan Dia menjadikan mendung." (QS. 13/Ar-Ro'du: 12) Maksudnya petir menakutkan manusia karena gema gemuruhnya, namun juga harapan bahwa hujan akan turun

Mahasiswa dan Organisasi

Mahasiswa dan organisasi merupakan kedua hal yang tidak dapat terpisahkan. Kura-kura, alias kuliah-rapat kuliah-rapat, itulah sebutan bagi mereka, para mahasiswa yang aktif di beberapa kegiatan kampus. Bahkan, tidak jarang mereka rela pulang larut malam dari kampus setiap harinya demi menghadiri rapat ini dan itu. Kehidupan berorganisasi di kampus nyatanya memiliki begitu banyak pandangan dan sorotan. Ada yang memandang bahwa dengan mengikuti kegiatan organisasi hanya akan menghambat nilai akademik. Hmm, masa sih? Namun, tidak sedikit juga yang menganggap bahwa dengan bergabung dalam organisasi kampus akan memberikan banyak sekali manfaat bagi dirinya, salah satunya dengan menjadi mahasiswa yang eksis yang terkenal seantero kampus.

Sebagai seorang mahasiswa, berprestasi di bidang akademik sudah menjadi sebuah kewajiban. Yap, tugas kita sebagai seorang mahasiswa adalah belajar! Tapi, apa iya cukup dengan belajar saja? Selain datang ke kampus untuk menimba ilmu, alangkah baiknya kalau seorang mahasiswa juga menyeimbangkan kehidupannya sebagai mahasiswa dengan mengikuti berbagai kegiatan di bidang non akademik, salah satunya dengan aktif di beberapa organisasi kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), himpunan mahasiswa jurusan/program studi, dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), atau bergabung dalam kepanitiaan sebuah acara di kampus.

Bergabung dalam organisasi kampus atau kepanitiaan acara kampus ternyata memberikan manfaat yang banyak banget, loh! Berikut ini adalah beberapa bukti kalau bergabung dalam organisasi kampus atau kepanitiaan acara kampus itu bukan semata-mata cuma jadi mahasiswa eksis, tapi juga ada manfaatnya ;

1. Melatih leadership skill.

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan di organisasi atau bergabung dalam kepanitiaan sebuah acara kampus umumnya akan lebih banyak terlatih dalam mengutarakan pendapatnya di depan orang lain, lebih memiliki inisiatif, serta dapat mengarahkan dan menggerakkan teman-teman mahasiswa lainnya sesama anggota organisasi/kepanitiaan.

2. Menyalurkan hobi dan minat.

Organisasi-organisasi kampus merupakan wadah yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswanya untuk menyalurkan hobi dan minat terpendam kita. Misalnya, salah satunya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kampus yang menawarkan UKM dalam berbagai bidang, seperti bidang olahraga, bidang kesenian, bidang ilmiah, dan lain-lain.

3. Networking atau memperluas jaringan.

Bergabung dalam organisasi kampus atau menjadi panitia dalam sebuah acara kampus akan memperkenalkan kita pada teman-teman baru. Kita akan berkenalan dengan teman-teman dari jurusan lain, teman seangkatan, senior, dan masih banyak lainnya. Bahkan, nggak menutup kemungkinan nih kalau kita akan berkenalan dengan someone -that-are-we-looking-for hihihi.

4. Belajar manajemen waktu.

Dengan mengikuti organisasi/kepanitiaan acara kampus, waktu yang biasanya kita gunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas otomatis akan berkurang. Nah, agar kegiatan akademik dan non akademik kita berjalan lancar, maka manajemen waktu yang baik haruslah kita lakukan.

Pengalaman sebagai mahasiswa yang berorganisasi, bisa menjadi bekal kita ketika akan bersaing pada dunia kerja dan dapat menjadi nilai plus jika dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya aktif dalam aktivitas perkuliahan saja. Prestasi mahasiswa bukan saja ditunjang dengan prestasi akademik semata. Faktor pengalaman mahasiswa dalam organisasi kampus juga sebagai salah satu faktor penting untuk menunjang suksesnya mahasiswa kelak setelah selesai kuliah. So, tunggu apalagi? Ikuti organisasi kampus dan kepanitiaan di kampusmu dan mulai ukir prestasimu!

Sudahkah Kita Beribadah?

Secara bahasa (etimologi), Ibadah berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menerut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi tetapi yang paling lengkap yaitu, Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.

Ibadah itu dibangun atas tiga pilar, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut), raja’ (harapan). Didalam setiap ibadah harus terkumpul atasnya pilar-pilar tersebut. Allah berfirman:

“…Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah…” (Q.S Al-Baqarah: 165)

“..Sungguh mereka bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyu’ kepada kami.” (Q.S Al-Anbiyaa’:90)

Ibadah merupakan perkara tauqifiyah, yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-qur’an dan As-sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan maka perbuatan tersebut tertolak, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Barang siapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR Muslim no. 1718 (18) dan Ahmad IV/146; 180; 256, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Agar dapat diterima ibadah disyariatkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa benar kecuali dengan terpenuhinya dua syarat:
Ikhlas karena Allah azza wa Jalla semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Syarat yang pertama merupaka konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas dalam beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari Syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan ibadah-ibadah yang diada-adalan (baca:bid’ah).

Allah berfirman:

“Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Rabbnya dan tidak ada rasa takut pada diri mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)

“Menyerahkan diri” artinya memurnikan ibadah kepada Allah. “Berbuat kebajikan” artinya mengikuti Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, tidak dengan perkara-perkara yang baru.

Sebagaimana Allah berfirman:

“…Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Rabbnya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Yang demikian adalah manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullaah.

Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal yang baru dalam agama. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa setiap hal-hal baru dalam agama adalah sesat.” (Lihat al-‘Ubuudiyyah hlm 221-222 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah, tahqiq: ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid)

Ibadah dalam islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyariatkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemaslahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah didalam islam semua mudah.

Diantara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa, membersihkan hati, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusia.

Biarlah perkataan Imam Malik Rahimahullah yang sangat inidah berikut ini menutup tulisan ini. Imam malik Berkata, “Barang siapa membuat perkara baru dalam urusan umat ini yang tidak pernah berada di atasnya generasi pertama umat ini, maka ia telah mengira bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alalihi wa sallam berkhianat dalam menyampaikan risalah Allah Azza wa Jalla ini, karena Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

“Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah kuridhi Islam itu menjadi agama bagimu.” (QS. Al-Maa’idah: 3)

Maka perkara-perkara yang bukan termasuk urusan agama pada waktu itu, berarti bukan termasuk urusan agama pula pada zaman sekarang ini. Keadaan akhir umat ini tidaklah menjadi baik kecuali dengan apa yang membuat generasi pertama umat ini menjadi baik.” (lihat Syarah Ushulus Sunnah Keyakinan Al-Imam Ahmad dalam Aqidah hlm 41-42 oleh Syaikh Walid bin Muhammad Nubaih, Pustaka Darul Ilmi)

Wallahu ‘alam bish-showab

Semoga Bermanfaat.

*Diringkas dari Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah (hlm 185-190) Bab kesembilan: Pilar-pilar Ibadah dalam Islam, oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, dengan sedikit penambahan (pada bagian akhir, yakni; perkataan Imam Malik) dari kitab Syarah Ushulus Sunnah Keyakinan Al-Imam Ahmad dalam Aqidah (hlm 41-42) oleh Syaikh Walid bin Muhammad Nubaih, Pustaka Darul Ilmi.

.

Penulis: Wahyu Jatmiko
Manajemen UI – 2010

Salafiy Cerminan Akhlaq Mulia

Kalau Bisa Berbicara dengan Bahasa yang Baik, kenapa Tidak?

Saudaraku, sungguh hati ini sangat miris dan sedih melihat bagaimana cara sebagian saudara-saudara kita dalam menasihati, mengomentari atau mengingatkan saudara-saudara kita yang melakukan kesalahan/kebid’ahan/kemaksiatan/kekeliruan.

saya tidak merasa paling baik, karena sayapun pernah dan mungkin masih melakukan hal itu, namun kiranya sebagai seorang muslim tiada hari kecuali harus selalu ada perbaikan, evaluasi diri serta perbaikan akhlaq dan ilmu…

ingatlah Hadist ini..

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ”

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” [H.R. Al-Hakim dan dinilai sahih oleh beliau, adz-Dzahabi dan al-Albani].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah memasukkan penerapan akhlak yang mulia dalam permasalahan aqidah. Beliau berkata,

“Dan mereka (al-firqoh an-najiah ahlus sunnah wal jama’ah) menyeru kepada (penerapan) akhlak yang mulia dan amal-amal yang baik. Mereka meyakini kandungan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang paling sempuna imannya dari kaum mukminin adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka“. Dan mereka mengajakmu untuk menyambung silaturahmi dengan orang yang memutuskan silaturahmi denganmu, dan agar engkau memberi kepada orang yang tidak memberi kepadamu, engkau memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, dan ahlus sunnah wal jama’ah memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi, bertetangga dengan baik, berbuat baik kepada anak-anak yatim, fakir miskin, dan para musafir, serta bersikap lembut kepada para budak. Mereka (Ahlus sunnah wal jama’ah) melarang sikap sombong dan keangkuhan, serta merlarang perbuatan dzolim dan permusuhan terhadap orang lain baik dengan sebab ataupun tanpa sebab yang benar. Mereka memerintahkan untuk berakhlak yang tinggi (mulia) dan melarang dari akhlaq yang rendah dan buruk”. [lihat Matan 'Aqiidah al-Waashithiyyah]

Lihatlah saudaraku, bahkan perkara akhlaq ini berkaitan erat dengan perkara aqidah, karena sesorang yang telah lurus aqidahnya akan baik perkara Akhlaqnya , karena sungguh hati yang murni dan bersih tidak akan menampakkan sesuatu yang kotor yaitu akhlaq yang buruk.

sebagian dari kita ketika diperingatkan perkara Akhlaq seakan dianggap tidak atau kurang penting, padahal para ulama dahulu blajar perkara Adab dan Akhlaq dulu sebelum belajar ilmu…

Imam Abdullah Ibnul Mubarak Rahimahullah (Wafat Th. 181 H) mengatakan : Aku mempelajari adab selama 36 tahun kemudian aku menuntut Ilmu selama 20 tahun , mereka mempelajari adab sebelum belajar ilmu

Imam Muhammad bin Sirrin Rahimahullah (Wafat Th. 110 H) Berkata : Mereka (Salafus Shalih) mempelajari petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Adab) sebagaimana mereka mempelajari Ilmu

Al-Khatib al-Baghdadi Rahimahullah (Wafat Th. 467 H) Berkata : Selayaknya seorang penuntut Ilmu dan Hadits berbeda dalam semua urusannya dari cara dan perbuatan orang-orang awam, seorang penuntut ilmu dan hadits harus berusaha melaksanakan Sunnah atas dirinya”

Lihatlah bagaimana ulama salaf dalam mempelajari adab dan akhlaq, dalam waktu yang lama,,,sehingga ketika mereka telah memiliki ilmu , mereka menjadi orang berilmu yang alim, bijaksana, mudah diterima keilmuannya dan bermanfaat diantara manusia…

Sementara kita rata-rata sudah “bertaring sebelum mampu”, sehingga dengan mudah membid’ahkan , menyesatkan, mengingatkan dengan cara yang keras , maka pantaslah dakwah yang kita bawa ini dibenci atau dijauhi tersebab bukan hanya karena mereka tidak mau menerima , namun karena CARA yang dilakukan yang salah/kurang tepat…

Menurut hasil analisi saya apabila seorang penuntut ilmu tidak mempelajari adab dan akhlaq yang benar maka beberapa hal ini yang akan terjadi :

Biasanya orang yang baru ngaji akan semangat sekali ketika mendapati sesuatu yang berbeda dari ibadah yang biasa dikerjakan, semisal perkara-perkara kebid’ahan atau ke syirikan. Karena bermodal semangat yang sangat tinggi tersebab baru ngaji juga semangat ingin menyampaikan kepada keluarga yang mungkin tenggelam dalam kebid’ahan , maka kita dengan serta merta menyampaikan kepada mereka dengan cara “saklek” atau “ujug2” tanpa kita memikirkan segi maslahat dan mudharat, cara menyampaikan yang benar dll, intinya “Qulil Haq walau kaana murran, sampaikan yang benar walau itu pahit”.

Seringkali gara-gara hal ini banyak ikhwah yang baru ngaji diboykot oleh orang tuanya atau lingkungannya, dan kadang kita bukannya sadar dari kesalahan tapi merasa “Inilah Ghuraba , islam ini memang asing” padahal –sebenernya- kita yang mengasingkan diri sendiri

Nah disinilah perlunya manajemen akhlaq, sehingga dalam menyampaikan sesuatu tidak akan gegabah dan berujung pada ternodanya”imej” pengajian gara-gara akhlaq buruk yang kita lakukan.

Seringkali kita mengomentari keburukan atau maksiat yang dilakukan saudara-saudara kita masih dengan adab-adab orang awam atau dengan gaya premanisme yang saya kira tidak santun kiranya digunakan oleh orang yang mengaku berilmu., sebagai contoh :
Ketika kita menasehati saudara-saudara kita yang belum berjilbab, kita menyamakan mereka dengan kuntilanak lah, inilah itu lah, (seperti yang sering nongol di wall saya) coba kita napak tilas, kalau misalnya kita masih jahiliyyah terus didakwahi dengan cara begitu, apa kita mau nerima? Yang ada kita malah dongkol dan marah…
Ketika kita menasihati para pelaku bidah atau lainnya kita sering memplesetkan penyebutan mereka dengan kata-kata yang seakan menjadi bahan tertawaan. Contohnya penyebutan : Habibers, Rodjali, hizbiyyun??? Apabila ini diucapkan pada orang yang menjadi biang atau sesepuh dan sudah faham itu wajar mereka akan mengerti, namun ketika dikatakan pada saudara-saudara kita yang awam yang mungkin hanya ikut-ikutan karena kejahilan, apa kira-kira respon mereka? Tentunya mereka akan membenci dan menganggap buruk akhlaq kita…

Sudah termaklumi istilah ini “ AJARKANLAH UMAT AQIDAH DAN AJARKAN SALAFY AKHLAQ”
Kita seringkali me-Negatifkan Sesuatu yang datang dari saudara kita yang sebenarnya positif, dengan alasan “ banyak syubhatnya” dll,,,dan mengumumkan hal itu dengan bahasa yang kurang santun, padahal yang menjadi penikmatnya adalah orang-orang awam yang bahkan maksud syubhat aja mereka ga mudheng , tentang ini semisal tanggapan beberapa ikhwah tentang Mario teguh dan Ainun Habibie, saya sudah pernah mengulasnya.

Semoga bisa menjadi bahan renungan dan perbaikan bersama , saya hanya ingin salafiyyin ini menjadi Icon untuk kebaikan akhlaq dan keluhuran ilmu karena memang sungguh begiitulah mereka para shalafusshalih…

Mohon kritikan membangun dan masukan dari saudara-saudaraku semua, sayapun terlampau banyak salah,,,semoga kita menjadi lebih baik

Penulis: Ummu ‘Abdillaah
FKM UI – 2010
Tuesday, 8 January 2013
Artikel www.mahasiswamuslim.com

Mengambil beberapa nukilan dari :
http://dareliman.or.id/2012/02/13/ahlussunnah-dalam-memberi-nasehat/
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/sudah-lama-%E2%80%9Cngaji%E2%80%9D-tetapi-akhlak-tidak-baik.html

METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI


  


METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI

DOSEN PENGAMPU : 
FAHRINA YUSTIASARI LIRI WATI, S.HI, M.PD.I


DISUSUN OLEH:

                                                   KELOMPOK IV

ANDRE SYAHPUTRA
M. RAFA’I
ANDI SAPUTRA

MAHASISWA/I PGMI/II/A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
 2014
 KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan khususnya bagi penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun tujuan makalah ini untuk menambah wawasan mengenai METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI yang merupakan tugas terstruktur mata kuliah Studi pendidikan budi pekerti.  
Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bagi penulis. Kemudian kritik dan saran sangat penulis harapkan dari semua pembaca. Agar didalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik. Terima kasih.

                                                           Tembilahan,   Februari 2014


                                                                       Penulis












DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar........................................................................................         i
Daftar Isi....................................................................................................        ii
BAB  I.  PENDAHULUAN.......................................................................        1
A.    Latar Belakang....................................................................        1     
B.     Rumusan Masalah.............................................................        1
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................        2
A.    Metode Penyampaian Pendidikan Budi Pekerti...........        2
B.     Model Penyampaian Pendidikan Budi Pekerti.............        5
BAB III. PENUTUP..................................................................................        7
A.   Kesimpulan.........................................................................        7
B.   Saran....................................................................................        7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................        8
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pelaksanaan dalam pendidikan budi pekerti merupakan hal yang sulit dilakukan perlu ada metode dan model pembelajaran yang kreatif sehingga apa yang diharapkan dari proses pendidikan budi pekerti berjalan sebagaimana yang direncanakan dan diharapkan.
Ada beberapa bentuk metode dan model agar pendidikan budi pekerti bisa diharapkan berjalan semestinya yang akan di bahas dalam makalah ini.
B.   Rumusan Masalah
ü  Metode penyampaian pendidikan budi pekerti
ü  Model penyampaian pendidikan budi pekerti











BAB II
PEMBAHASAN
METODE DAN MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
A.   METODE PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
Pendidikan budi pekerti bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Pelaksanaannya membutuhkan suatu strategi jitu agar bisa mendapatkan hasil sesuai dengan diharapkan.  Salah satu aspek penting dalam strategi tersebut diantaranya adalah aspek metode dan model dalam penyampaian. Sebagai seorang guru harus cerdas dan kreatif memilih metode dan model yang digunakan sesuai dengan kondisi siswa-siswanya.
Menurut Paul Suparno, dkk (2002: 45-52) ada beberapa metode penyampaian pendidikan budi pekerti, antara lain :
1.    Metode Demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menentukan nilai-nilai tersebut dalam  pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Nilai-nilai yang dapat ditanamkan dari metode ini adalah keterbukaan, kejujuran, penghargaan pendapat orang lain, sportifitas, kerendahan hati, dan toleransi.
Pencarian nilai-nilai tersebut bisa dilakukan dengan mengamati secara langsung kasus-kasus yang ada di lingkungan sekolah kemudian siswa diminta  menentukan dampak positif dan negatif terhadap masyarakat sekitar. Dari dampak-dampak tersebut kemudian siswa dituntut untuk menentukan nilai-nilai yang terkandung dalam kasus yang mereka amati.
2.    Metode Pencarian Bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, dimana dalam proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentatif untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama.
Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya anak diharapkan dapat menemukan nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Anak diajak untuk secara kritis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajari untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, Namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap.
3.    Metode Siswa Aktif
Metode siswa aktif menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai pada proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini ingin mendorong anak untuk mempunyai kreatifitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.
4.    Metode Keteladanan
Anak belajar dari lingkungan terdekat dan mempunyai intensitas rasional yang tinggi. Proses pembentukan budi pekerti pada anak dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Anak melihat apa yang dilakukan oleh guru kemudian merekam dan menirunya. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti berarti bagi siswa. Anak akan berpikir bahwa apa yang mereka ajarkan itu benar dan bisa ditiru. Akan tetapi jika tidak terjadi kecocokan antara kata dan tindakan yang dilakukan guru maka siswa akan menganggap nilai yang mereka ajarkan itu tidak benar. Akan berbahaya jika perilaku guru yang salah itu ditiru siswa. Maka ini berarti bahwa guru menjerumuskan siswa. Oleh karena itu dituntut ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup seorang guru.
Budi pekerti adalah sikap hidup yang disadari, diyakini, dan dihayati dalam tingkat tingkah laku kehidupan. Kesatuan antara pikiran, perkataan dan perbuatan.
5.    Metode Pengalaman Langsung (Live In)
Metode live in atau pengalaman langsung dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dalam situasi yang berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Live in tidak harus berhari-hari secara berturut-turut dilaksanakan. Misalnya anak diajak berkunjung dan membantu suatu panti asuhan anak-anak cacat.
Siswa diajak terlibat dalam melaksanakan tugas-tugas harian yang bisa mereka jalankan, tidak membutuhkan keahlian khusus, dan tidak berbahaya bagi kedua belah pihak. Membantu dan melayani anggota panti asuhan yang tergantung pada orang lain akan memberi pengalaman khusus bagi siswa dan bisa meningkatkan rasa syukur mereka karena bisa hidup dengan lebih baik.
6.    Metode Penjernihan Nilai
Metode penjernihan nilai dilakukan dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif. Berbagai latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup.
Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat bisa membuat seorang anak bingung. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik pula maka anak bisa mengalami pembelokan nilai hidup.oleh karena itulah proses penjernihan nilai penting untuk dilakukan. Misalnya, pada mata pelajaran kewarganegaraan siswa diajak membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakatdan akhirnya pada apa yang mereka lakukan. Siswa diajak untuk melihat bahwa tindakan salah dan benar tidak tergantung pada banyak sedikitnya pelaku namun pada nilai tindakan itu sendiri. Pada akhirnya siswa siswa bisa menentukan dan berani mengambil sikap yang baik dalam hidupnya.
Inovasi-inovasi dilakukan bergantung kreatifitas guru masing-masing sesuai dengan karakteristik siswa masing-masing, Lingkungan sekolah serta situasi dan kondisi yang ada.
B.   MODEL PENYAMPAIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi.Keberhasilan untuk menawarkan dan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui pendidikan budi pekerti di pengaruhi oleh cara penyampaiannya.
Model dalam penyampaian pendidikan budi pekerti, yaitu :
1.    Model Sebagi Mata Pelajaran Tersendiri
Pendidikan budi pekerti sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi lain dalam hal ini guru pendidikan budi pekerti harus membuat Garis besar pedoman pengajaran (GBPP), Satuan Pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), Metedologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu juga ia harus dimasukkan dalam jadwal yang terstruktur
2.    Model Terintegrasi Dalam Semua Bidang Studi
 Penanaman nilai budi pekerti juga dapat di sampaikan secara terintegrasi dalam semua bidang studi. Guru dapat memilih nilai-nilai yang di tanamkan melalui beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup.
3.    Model Diluar Pengajaran
Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk di bahas dan di kupas nilai-nilai hidupnya.
4.    Model Gabungan
Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan model diluar pengajaran, penanaman niai dilakukan melalui pengakuan fomal terintegrasi bersamaan dengan kegiatan diluar pengajaran.










BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan budi pekerti ada beberapa metode dan model dalam penyampaian yang diberikan yang nantinya diharapkan mampu terlaksana sebagaiman mestinya, karena pada kenyataannya dalam pelaksanaan penyampaian pendidikan budi pekerti bukan suatu hal yang mudah bagi seorang guru untuk menyampaikannya kepada para siswa dalam proses pembelajaran dan guru dituntut untuk cerdas dan kreatif dalam menggunakan model dan metode.
B.   SARAN
Apabila ada kalimat yang tidak berkenan pada tempatnya. Saya sebagai penulis berharap kritik dan saran dari Bapak pembimbing dan rekan mahasiswa/i sekalian yang bersifat membangun agar penulis bisa membuat makalah yang lebih baik pada waktu yang akan datang.










DAFTAR PUSTAKA
Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ahmad Tafsir. (2009). Pendidikan budi pekerti. Bandung : Maestro.